Seribu mama terbaik pun tak akan pernah bisa menggantikan sosok bunda yang bahkan hanya aku kenal lewat foto saja.
🎸🎸🎸
Ada dua hal yang paling Zebira benci. Pertama, keputusan sang ayah yang akan menikah lagi. Kedua, melihat Kenan, orang yang ia cintai, berduaan dengan Reina, teman sekelasnya sekaligus teman sekelas Kenan juga. Kenan dan Reina memang amat dekat. Zebira bahkan ingin tahu bagaimana Reina bisa meruntuhkan es batu seperti Kenan.
"Kenan," sapa Zebira dengan riangnya meskipun sebenernya hatinya sudah membara tatkala melihat Kenan bersama Reina.
Kenan melirik Zebira sekilas sebelum akhirnya kembali fokus pada buku tugasnya. Sementara itu, Reina tersenyum ke arah Zebira, dan membalas sapaan, "Hai, Ra. Maaf ya Kenannya lagi sibuk ngerjain tugas. Dia kelupaan soalnya."
"Lo lupa, Nan? Gue udah kok. Mau lihat enggak?" tawar Zebira sembari menatap Kenan, dan menghiraukan keberadaan Reina.
"Enggak usah. Gue udah pinjem punya Reina," jawab Kenan tanpa menoleh ke arah Zebira berada.
Zebira mengepalkan tangannya. Reina, Reina, dan Reina. Kenapa Kenan selalu seperti itu? Kapan Kenan mau menerimanya?
Calista atau yang lebih akrab disapa Cassy itu segera menghampiri Zebira, dan segera menuntun gadis itu untuk duduk di bangkunya yang tepat berada di samping Cassy.
"Ra, jangan ngelakuin apa yang bakalan bikin lo sakit hati," ucap Cassy sembari mengusap pundak Zebira, berusaha meredam amarahnya.
"Lo enggak pernah tahu rasanya jadi gue, Cass. Semuanya udah enggak sayang gue. Ayah sibuk, dan mau nikah lagi. Kakek nenek udah pergi sama bunda. Gue di rumah sendiri. Di sekolah mood gue selalu hancur karena Kenan sama Reina. Berat, Cass." Suara Zebira terdengar bergetar, jelas sekali jika gadis itu menahan tangisnya.
"Cinta enggak bisa dipaksain, Ra. Lo tahu itu, kan?"
"Terserahlah. Lo bela Reina karena dia sepupu lo, kan? Iya gue tahu gue mah cuman temen lo aja," ujar Zebira kesal sembari menepis tangan Cassy yang semula mengelus pundaknya.
"Gue enggak bela siapa-siapa, Ra. Gue cuman ma—"
"Gue enggak mau denger apapun, Cass. Mending lo berhenti ngomong atau gue pindah," ancam Zebira memotong ucapan Cassy.
Cassy memilih mengalah. Zebira memang keras kepala terlebih semenjak berita sang ayah ingin menikah lagi Zebira semakin tak terkendali. Cassy sadar diri jika menjadi Zebira itu memang sulit.
"Gue yakin kalau suatu saat nanti lo bakalan bahagia, Ra. Semangat!"
***
"Nanti malam ada acara kumpul di rumah gue. Lo mau ikut enggak? Sekalian kita omongin progres band kita buat tampil di acara sekolah."
Tawaran Reval, teman ekskul musiknya itu cukup menarik. Lagipula ayahnya sibuk, dan pastinya tak akan pulang sebelum jam dua belas. Lantas siapa yang bisa melarangnya? Art? Zebira rasa perempuan lanjut usia itu bahkan akan luluh dengan puppy eyes andalannya.
Akhirnya Zebira mengangguk tanda setuju. "Oke. Kayaknya malam ini gue free. Lagian sekalian juga latihan, 'kan? Tampil nanti bakalan jadi first time gue semenjak gue belajar gitar secara otodidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monachopsis [ Completed ]
Fiksi Remaja#PamungkasAgasaDKKSeries+GenerasiAgasaDKKSeries Kehilangan sosok bunda sejak dirinya dilahirkan bukanlah hal yang mudah untuk Zebira lalui. Bergelimang harta tak lantas cukup untuk menggantikan sosok bundanya yang telah pergi. Belum lagi cintanya ya...