7. Bunda, Zebira Harus Apa?

608 25 0
                                    

"Bunda memang sudah pergi bahkan saat aku baru lahir ke dunia ini, tapi bunda tahu tidak kalau bunda selalu jadi orang pertama yang aku sebut saat aku butuh seseorang di dunia ini."

🎸🎸🎸

"Lho, Neng Zebi teh mau kemana?"

Zebira menoleh sesaat kepada ART-nya yang baru saja bertanya padanya, sebelum akhirnya kembali sibuk memilih sepatu mana yang akan ia kenakan.

"Neng mau kemana?" Seakan tak puas karena tak mendapat jawaban kontan sang ART kembali bertanya.

"Zebi mau ke Mall," jawab Zebira tanpa menoleh karena masih sibuk memilih sepatu yang akan ia kenakan.

"Tapi ada pak Agasa di depan, Neng."

Saat nama papa dari Kenan itu disebut barulah Zebira menoleh dengan wajah terkejutnya. "Beneran, Bi?"

"Iya, Neng. Coba Neng lihat aja sendiri."

Lupa sudah rencananya yang akan menyusul sang ayah ke mall karena bagi Zebira, apapun tentang Kenan lebih penting sekarang.

"Assalamualaikum, Om," ucap Zebira sembari mendudukkan diri di kursi depan yang diduduki Agasa.

Agasa tersenyum tipis persis seperti senyuman Kenan. "Waalaikumussalam. Udah rapi gini. Mau keluar?"

"Asalnya sih, Om, tapi Om lebih penting," jawab Zebira sembari tersenyum malu.

Agasa paham apa makna dibalik ucapan Zebira. "Bisa aja ya kamu. Om ke sini karena ada titipan sesuatu dari Kenan."

"Kenan?" ulang Zebira.

Agasa mengangguk. "Iya dia. Dia ngasih amanah katanya dia mau ngasih novel ke kamu. Katanya harus ada novel yang dibaca setiap semesternya. Dia tahu kamu pasti belum nyari novel makanya dia nitip ini ke Om."

Mendengar penjelasan dari Agasa sontak membuat hati Zebira berbunga-bunga. Hari ini Kenan berhasil mengambil alih hidupnya. Ya Tuhan, kenapa Kenan semanis ini?

"Ra, Om tahu kamu pintar, tapi kamu enggak suka membaca novel. Tapi kamu tahu kan kalau ini kewajiban, jangan dilupain ya," ucap Agasa.

Zebira mengangguk semangat sembari tersenyum lebar. "Siap, Om. Makasih ya Om udah dikasih tahu."

"Yaudah kalau gitu Om pamit ya. Udah malam juga. Kasihan tante Diana sama anak-anak di rumah."

"Iya, Om."

"Yasudah. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Selepas Agasa pergi Zebira langsung memeluk novel pemberian Kenan dengan rasa bahagia. Sangking bahagianya dia bahkan tak merasakan ponselnya yang bergetar di dalam sling bagnya.

***

Tepat pukul sebelas malam, Zemi baru sampai ke rumahnya. Malam ini Jakarta macet parah membuat perjalannya terhambat. Zemi yang merasa bersalah pada sang putri pun langsung menuju kamar putrinya.

Saat sampai di kamar sang putri, Zemi melihat Zebira yang sudah tidur nyenyak dengan sebuah novel di pelukannya.

"Anak lo pakai pelet apa sih, Gas," ujar Zemi pelan sembari pelan-pelan mengambil alih novel dari pelukan Zebira. Untung putrinya itu tak terusik. Disimpanlah novel itu di nakas samping kasur sang putri.

Dengan amat pelan, Zemi mendudukkan diri di tepi kasur putrinya sembari menatap wajah putrinya yang amat damai itu. "Maafin Ayah ya, Sayang. Semua yang Ayah lakukan itu buat kamu," ucap Zemi.

Monachopsis [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang