Hari ini Caca bangun dengan penuh semangat, karena Mamanya dirumah tentu saja. Dia tidak perlu lagi bingung ingin sarapan apa, dan semoga semalam sosok Juan itu pulang ke tempat asalnya. Ah, akhirnya Caca bisa sarapan berdua lagi dengan Mamanya pagi ini.
Selesai Caca bersiap dengan pakaian sekolahnya, gadis itu berjalan menapaki anak tangga dirumahnya hanya dengan kaki yang berbalut kaus kaki putih polos. Tak lupa Caca menggendong tas ranselnya di pundak sebelah kiri.
Rambut Caca hanya pendek sebatas bahu, karena hari ini ada jadwal olahraga yang paling tidak dia sukai, mau tak mau rambut kuncir kuda menjadi model hairstyles nya pagi ini.
"Pagi, Sweety."
Caca melunturkan senyumannya. Lihat, siapa yang kini tengah berada di dapur dengan apron putih dan sapaannya.
Salah, dugaan Caca jika Juan sudah pulang salah. Laki-laki itu menginap semalam setelah mengantarkan Cantika ke Bandara, wanita itu harus pergi ke Malaysia dengan begitu mendadak setelah mendapat panggilan dari kantornya.
Dan mau tahu sisi hebat dari hal ini?
Juan ditugaskan untuk menjaga Caca! Pria itu dengan senang hati mengiyakan, seolah semesta begitu berpihak padanya.Pagi ini Caca menjadi gadis pertama yang Juan lihat. Dengan rok selutut, sepatu putih, rambut yang di ikat tinggi, wajah yang terlihat seperti buah apel yang manis dan segar. Sarapan pagi yang indah untuk Juan nikmati.
Juan sudah meletakkan dua potong sandwich dan semangkuk sereal--berjaga-jaga jika Caca lebih menyukainya ketimbang roti, tidak lupa juga segelas susu dan secangkir teh tawar, karena Caca sudah sangat cukup untuk pemanis Juan pagi ini.
Laki-laki itu melepaskan apron yang dia pakai, kemudian menggulung lengan kemejanya sampai siku. Rambut yang rapi, serta dua buah kancing kemeja yang terbuka menjadi penampilan Juan pagi ini.
Sama seperti Caca, Juan juga sudah bersiap, hari ini pertamanya dia pergi bekerja di rumah sakit. Maklum, baru kemarin dia sampai di Indonesia.
Caca diam, bingung. Bagaimana ceritanya bisa Juan yang menyiapkan sarapan, Mamanya kemana?
"Hey, kok malah diem, ayo sarapan." ajak Juan mengalihkan isi pikiran Caca. Juan lebih terlihat seperti sugar Daddy, bukan Om-om.
"Mama kemana? Kenapa Om masih disini? Kenapa Om yang siapin sarapan? Emang Om nggak punya rumah?" Caca menghujani Juan banyak pertanyaan tanpa jeda.
"Kamu bawel ya, saya pikir manis aja." balas Juan tidak nyambung dengan satupun pertanyaan Caca. Gadis itu menghentakkan kakinya ke lantai sebal.
"Bisa nggak sih serius dikit?! Gue butuh jawaban."
Juan tersenyum sekilas disudut bibir dan tidak menanggapi Caca. Gadis itu merasa di diami sekarang.
Semakin kesal, Caca berjalan mendekat mendorong kursinya dengan kasar. Sukses membuat Juan hampir tersedak saat menikmati teh nya.
"Om! Jawab pertanyaan Caca!" tuntut gadis itu, mengganti sebutan untuk dirinya divdepan Juan. Dan hal itu baru sukses memantik respon Juan terhadapnya.
"Asal kamu janji buat nggak nyebut diri kamu dengan kata seperti itu didepan saya."
'Ini orang ribet amat hidupnya, heran.'
"Yaudah jawab dulu pertanyaannya!" tagih Caca lagi setelah membatin. Lalu memalingkan wajah sebentar, 'Dadanya putih banget GILAK!'
Hah, kenapa matanya mendadak jelalatan begini sih?!"Pertanyaan siapa?" tanya Juan sengaja, kembali mengetes Caca. Menggoda lebih tepatnya, dia suka melihat wajah Caca yang menggebu-gebu gemas.
"Pertanyaan Caca! Om Juan ini pikun apa gimana sih? Guru matematika Caca aja udah tua tapi masih inget semua rumus matematika tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect uncle ✓
FanfictionCOMPLETED.Isinya cuma kemanja dan kekanak-kanakan Caca yang bisa saja bikin kamu muak. Atau justru gemes sampai pengin cekik mati. Setelah ditinggal meninggal, memiliki seorang Ayah tiri bukanlah keinginan Caca sama sekali. Terlebih pria pilihan san...