03

1.7K 42 1
                                    

Remind me for any typo sweetie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Remind me for any typo sweetie
.
.
.

Rin meletakkan tas di samping tumpukan buku pelajaran. Tampak di sana sebuah album berisikan foto Dirga. Sosok brandal itu menjadi mood booster Rin setidaknya untuk enam bulan yang lalu. Sekarang alih-alih memperbaiki suasana hati, foto Dirga justru membuat Rin ingin meledak.

"COWOK BRENGSEK!"

Rin membuang album itu ke dalam tempat sampah. Dia turut mencabut polaroid Dirga dengan brutal.

Apa kurangnya Rin? Dia mengikuti semua kemauan Dirga. Menyembunyikan hubungan sampai menyerahkan tubuh. Walaupun belum sampai ke tahap mengerikan. Rin sudah memberikan Dirga hak atas tubuhnya sendiri.

Dirga dia bebaskan menjadi sosok brandal sebagaimana yang seharusnya. Rin juga tidak pernah membatasi kebebasan Dirga dalam berteman dengan perempuan. Rin pikir, dia saja yang mengerti akan Dirga. Sudah semestinya cowok itu menjaga dia bak berlian, tapi apa? Dirga justru mempermainkannya.

Rin mengusak wajah. Sebentar saja. Sorot matanya berubah sayu pada foto Dirga yang tersisa di dinding.

"Kenapa, Ga?" lirih Rin.

Sudut mata Rin memanas. Dia sangat menyayangi Dirga. Akhir ini bukan yang dia inginkan, tapi sesuatu yang dipaksa untuk diterima.

Ting! Ponsel Rin menyala. Itu Raskar. Rin mengabaikan. Dia malas meladeni Raskar. Orangnya terlampau banyak bercanda. Sulit betul untuk serius. Sama sekali bukan tipenya. Lagipula tentu saja, dia belum move on dari Dirga. Tidak, sampai Dirga menerima pembalasan.

Makan malam berlangsung pukul delapan. Papa dan mama serta kakak Rin telah berkumpul di ruang makan. Suasana yang semula dihiasi canda tawa berubah begitu Rin bergabung.

"Papa dengar kamu pulang terlambat hari ini."

"Aku main sama teman-teman aku, Pa."

Rin menarik piring mendekat. Sebisa mungkin dia tidak melakukan kontak mata dengan mama maupun kakaknya.

"Maksud kamu Keisa dan Nara?"

"Iya, Pa," bohong Rin.

"Kamu mau keluar juga hari ini, Han?" tanya Ayna.

"Iya, Ma. Jehan mau keluar."

"Mama mau ke rumah nenek, kamu enggak mau ikut?"

"Lain kali deh."

"Nenek udah kangen sama kamu loh."

Jehan tersenyum. "Titip salam aja ya, Ma."

"Kamu ini. Selalu saja sibuk dengan urusan sendiri."

Jehan pun tersenyum tipis. Matanya melihat pada Rin. Buru-buru Rin menurunkan pandangannya pada piring.

"Rin enggak mau ikut?" tanya Ardhan.

Raskar & Rin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang