.
.
.Raskar menghentikan motor di halaman rumah Fisia. Dia sudah mengantar Rin pulang. Ngeselin juga. Gara-gara suasana hatinya buruk, dia harus mencari banyak cara untuk menyenangkan hati Rin. Ketika diminta cerita, Rin menolak dengan tegas. Raskar tertawa. Siapa juga yang mau tahu urusan Rin. Ini kan hanya permainannya.
"Malam, Bi. Fisianya ada?"
Bibi Erna menggeser diri dari pintu. "Masuk, Den. Biar saya panggilkan dulu Nona Fisia di atas."
Raskar duduk di sofa. Tangannya mengetuk-ngetuk pinggir ponsel. Bibi Erna kemudian kembali dari lantai tiga.
"Nona Fisia suruh langsung ke atas, Den."
Raskar masuk ke dalam lift. Pandangannya melurus pada lobi yang luas. Rak-rak kaca diletakkan di sisi dinding. Isinya sebagian besar adalah guci-guci antik. Itu adalah koleksi mama Fisia-Tante Mira.
Tiba di lantai tiga. Raskar menuju ruangan paling ujung. Keseluruhan ruangan adalah milik Fisia. Yang di sisi kiri adalah spa, gym dan pantry. Menyusul kemudian di kanan, laboratorium, perpustakaan dan kamar Fisia.
Raskar mendorong knop pintu. Ruang elegan menyambut. Dindingnya dicat putih dengan perabotan cokelat muda. Pada belakang ranjang terdapat poster random akan hal-hal yang tidak Fisia sukai. Peta dunia, Albert Einstein, rumus matematika, kota roma dan universitas Oxford.
Fisia berada di seberang ruangan. Meja belajarnya menghadap pada bagian belakang rumah yang merupakan kumpulan pohon-pohon rindang. Buku-buku menumpuk di samping lengan Fisia.
"Mau ngapain?" tanya Fisia.
Raskar memeluk leher Fisia. "Ketemu ayang gue, dong."
"Lo belum menyelesaikan misi."
"Segera." Raskar mengecup puncak kepala Fisia. Dia kemudian duduk di tepi meja.
Lampu belajar merunduk, menerangi tulisan yang Fisia baca. Matanya bergerak dari sisi ke sisi.
"Minggu depan udah ulangan semester pertama. Lo tahu artinya kan, Ras?"
"Tahu, Sayang. Gue harus buat Rin gak sempat belajar. Iya kan?"
"Bagus kalau lo ingat."
Raskar mengusap pipi Fisia. "Tenang aja. Semuanya bakalan sesuai rencana."
Fisia membalikkan lembaran buku. "Mau sampai kapan di sini? Gue mau belajar. Papa juga akan pulang sebentar lagi."
Raskar memutar kursi Fisia. Sorot matanya menetap pada mata Fisia yang bulat. "Dia masih ngebentak kamu?"
"Papa memang begitu sama semua orang."
"Gue cuma bilang, tapi jangan sakit hati, oke."
Fisia melipat tangan. "Apaan?"
"Harus ya lo jadi seperti yang Papa lo inginkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raskar & Rin | END
أدب المراهقينHidup Rin sudah hancur semenjak mantannya menyebarkan foto-foto vulgar dirinya. Sekarang segalanya menjadi lebih berantakan ketika Raskar, cowok yang deket dengan musuhnya tiba-tiba mengklaim Rin sebagai pacarnya. "Mulai hari ini lo jadi cewek gue a...