05

1.4K 37 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Rumah pohon malam ini ramai. Selain inti Armee, ada juga beberapa anggota Armee yang lain. Sebut saja Budi si tidak budiman, Santo kang lele dan juga Liam not Payne.

"Widih, punya gandengan si bos," seru Budi. "Mana Rin si jenius lagi. Pakai pelet apa, Bos?"

"Pelet ikan!"

Raskar mengibaskan tangan pada Budi. "Pindah lo ke bawah. Gue mau berduaan sama ayang."

"Gue ikut ya, Ras," pinta Sakti.

"Iya, ikut jadi orang ketiga."

"Setan," sambar Amar. "Persis seperti kelakuan Kera Sakti."

"Diam lo, Mar. Kakak lo nanti gue embat nih."

"Embat kalau lo berani. Pawangnya Alexander muda loh."

Setelah keributan demi keributan, Raskar dan Rin akhirnya tinggal berdua. Yang lain minggat ke lantai pertama. Mereka menyanyi bersama. Brian menggiring dengan petikan gitar. Suara Sakti mengikuti. Daripada menyanyi malah lebih tepat dikatakan teriak-teriak gak jelas. Nadanya salah semua.

"Gue buatin minuman dulu."

Raskar pergi ke pantry. Dia kembali dengan dua gelas jus alpukat.

"Bisa tanpa gula?"

"Pahit, lo mau?"

Rin mengangguk. Raskar pergi ke pantry sekali lagi. Kali ini dia kembali dengan segelas jus alpukat tanpa gula.

"Kenapa, lo cukup dengan wajah gue yang manis ya? Takut diabetes gitu?"

Raskar nyerocos ke mana-mana. Rin hanya memandang. Malam ini pun Raskar tetap sama seperti di sekolah. Rambutnya sekedar disapu ke belakang. Agak meranggas, tapi ya begitulah. Tidak mengurangi keindahan yang ada di wajahnya sama sekali.

"Gue gak tahu kalau lo belajar." Rin mengeluarkan bukunya sendiri. Tadi ketika Raskar datang, dia masih dalam proses belajar. Sekarang dia harus meneruskan.

"Lagi pengen."

Rin tidak meneruskan pertanyaan. Dia membuka bukunya dan mulai membaca. Sesekali tangannya menggosok highlighter pada poin penting atau membuat kesimpulan di sisi yang kosong.

Raskar ikut membuka buku. Dia lebih dulu menyesap jus alpukat. Belajar itu baginya membutuhkan energi yang sangat banyak. Asupan bergizi sudah semestinya mendahului sebagai bahan bakar.

Rin tiba di halaman terakhir bab yang dia pelajari. Materi sosiologi perihal penyimpanan sosial. Seluruh kesimpulan telah dia dapatkan. Sekarang dia menyalakan ipad untuk mencari materi tambahan. Perhatiannya kemudian tertuju pada Raskar. Matanya bergerak lambat dari satu kalimat ke kalimat lain. Jus alpukat masih di tangan kiri, sesekali bibirnya mencapai sedotan dan menyesap. Slurp! Kelihatan santai sekali.

Raskar & Rin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang