"Bego banget gue." Raskar mengetuk kepalanya ke dinding. Tidak kuat, tapi cukup membuat siapa saja mengerti bahwa dia tengah tenggelam dalam kolam penyesalan.Foto-foto Rin telah menghilang. Fisia menerornya. Meski Raskar berbohong dan dipercaya, dia merasa bersalah. Fisia sudah membayar orang untuk merusak citra Rin. Dia malah membantu memperbaiki. Begini ceritanya Raskar malah menjadi musuh dalam selimut.
"Ah, bego, bego!" Raskar masih saja menggerutu.
Rin menyentuh lengan Raskar. "Lo kenapa?"
"Astaga, RIN!" Raskar memekik.
"Pagi-pagi udah kayak orang gila aja."
"Oh, gini ya caranya ngomong sama pacar." Raskar berkacak pinggang. Dia berusaha mengintimidasi Rin dengan sorot tajam. Yang terjadi Rin justru mengelus pipinya.
"Sayangnya Rin gak boleh ngambek, dong."
Mata Raskar menyipit. "Tumben-tumbenan lo ngomong lembut sama gue. Segala pakai sayang. Mau apa?" Dagu Raskar bergedik ke atas.
"Kita harus kelihatan pacaran di sekolah," bisik Rin.
"Pantes ada manis-manisnya. Ayo deh, pansos ke kantin."
Raskar merangkul Rin. Murid-murid yang melihatnya dipenuhi binar kepo. Tidak sedikit yang langsung nyeletuk, "mereka pacaran?"
Rin selanjutnya memesan nasi goreng untuk Raskar. Cowok itu menerima setiap suapan yang diberikan, walaupun agak curiga. Bukan cuma panggilan sayang. Rin sekarang pun sok menjadi pacar yang baik. Kalau cuma mau cari perhatian. Pakai style lama juga tidak masalah. Orang-orang tahu kalau Rin Rychii itu merupakan seorang cewek yang cuek.
"Makasih untuk kerja keras lo. Dirga udah take down seluruh foto gue."
"Hmm, pantes."
"Lo apain dia?" Rin ingin tahu.
"Gue gebukin sampai modar."
Baru dibilangin, Dirga muncul di ambang pintu. Seragamnya sudah kotor oleh bercak tanah. Kalau tidak main bola, pasti bertengkar.
"Mantan gue hebat banget. Baru putus udah sama cowok baru." Dirga sengaja berhenti di meja Raskar.
"Hebat atau murahan?" bisik beberapa murid. Bibir Dirga alhasil tersenyum mendengarnya. Sesuai harapan. Kalau Rin tidak bisa kembali padanya. Maka Rin tidak boleh bersama Raskar.
"Lo diam, Bangsat!" Raskar lantas angkat bicara.
"Setidaknya kalian berdua harus menjelaskan. Kenapa kalian bisa pacaran setelah foto-foto itu menyebar?" Dirga kini menatap Rin. "Atau, dia juga salah satu pelanggan lo?"
Plak
Tangan Rin bergetar selagi matanya menyorotkan kebencian. Selintas kemudian rasa terluka muncul dan membuat Dirga merasa tidak tega.
"Gue jadi malu Rin ada di sekolah ini."
"Bener, anjir. Temen-temen gue dari sekolah lain udah nanyain soal dia."
"Sekolah harus narik wajah Rin dari semua sosmed kita! Gue enggak sudi cewek jalang begini jadi wajah Sevitas!"
Ada banyak kata-kata yang mau Rin sampaikan, tetapi lidahnya terlampau kelu untuk mengomeli Dirga. Rin terbiasa memuja Dirga. Tidak pernah terbayang di otaknya akan hari ini sama sekali.
"Gini gaya lo kalau cemburu?" Raskar mengejek. Benar-benar tidak tega melihat Rin yang menahan tangis. Walaupun jarang mengeluarkan ekspresi. Dari beberapa obrolan mereka belakangan ini, Raskar paham kalau Rin tidak sekuat yang terlihat.
"Gue enggak ada kesempatan buat cemburu sama orang yang memungut bekas gue."
"Oh, pantes masih ribut-ribut. Karena Rin pernah jadi milik lo, sekarang lo jadi enggak terima."
"Gue udah puas sama Rin. Enggak ada alasan bagi gue untuk enggak terima."
"Sekarang lo mau bilang, kalau lo sengaja datang, nyindir-nyindir, cuma karena gabut! Lawak banget, Anjir."
"RASKAR! DIRGA!" Guru penjas yang kebetulan lewat menjewer telinga keduanya. "Lagi-lagi kalian membuat masalah. Ayo ikut saya ke lapangan!"
Rin mengambil kesempatan yang sama untuk pergi ke toilet. Ia merosot di balik pintu salah satunya dan menangis. Daripada berbicara soal harga diri, Rin lebih terluka mengetahui bahwa semua bentuk cintanya selama ini dijadikan mainan oleh Dirga. Sialan! Padahal Rin sudah menjaga hatinya dari cinta mencintai. Dirga yang mendapat kesempatan malah tidak menghargai sama sekali.
Fisia menjauhi toilet setelah mendengar sesenggukan yang menyatat hati. Peduli setan kalau mereka adalah sepupu. Fisia benci selalu kalah dari Rin. Sekarang ada juga hari di mana Rin lebih rendah dari dirinya.
"Di mana Rin?"
Fisia menggertkan gigi melihat Raskar buru-buru datang setelah memukul guru penjas. Kecemasan Raskar seharusnya tidak boleh ada. Raskar hanya boleh cemas untuk dirinya.
"Kamu ngurusin Rin?"
"E-enggak gitu." Raskar gelagapan. Baru sadar kalau dirinya secemas ini, karena memikirkan perasaan Rin.
"Kalau gitu pergi sana! Enggak usah urus Rin lagi."
"Tapi bukannya lo bilang sampai olimpiade."
Fisia memicingkan mata. "Kedengarannya sekarang lo jadi suka deket-deket sama Rin."
"Kenapa jadi gue? Lo sendiri yang nyuruh gue untuk melakukan ini." Mudah bagi Raskar untuk emosi di saat-saat seperti ini. Apalagi jalan nafasnya belum membaik setelah berlari dari lapangan.
"Berani-beraninya lo ngomong kayak gitu seolah-olah gue yang mohon."
"Tapi itu memang benar..."
Fisia mengepalkan tangan. "Jangan bilang sekarang lo lebih peduli sama Rin daripada gue?"
"Sama sekali enggak."
"TERUS APA? NGAPAIN LO BURU-BURU DATANG KE SINI?"
Raskar mundur oleh desakan Fisia. Mata perempuan itu untuk pertama kalinya menyorot penuh emosi.
"SADAR, RAS! LO NGELAWAN DIRGA CUMA DEMI RIN!"
"Itu kan..."
"JANGAN BILANG KARENA GUE LAGI! LO YANG SUKA SAMA GUE, RASKAR! LO SAYANG SAMA GUE! LO YANG RELA NGELAKUIN APAPUN UNTUK GUE!"
Raskar alhasil diam, walaupun hatinya memberontak. Dia tidak akan pernah menang melawan emosi Fisia. Lagipula wajah Fisia sampai memerah. Raskar bisa-bisa dicap melakukan hal aneh padanya. Dan Raskar terlampau kalap memikirkan Rin.
Hola! Boleh dong tap vote dulu sebelum pergi
Tadinya udah enggak berminat ngelajutin Raskar & Rin karena readersnya sedikit, tapi sayang juga 😔Pokoknya makasih ya buat yang udah mampir
Nomu nomu gomawo❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Raskar & Rin | END
Teen FictionHidup Rin sudah hancur semenjak mantannya menyebarkan foto-foto vulgar dirinya. Sekarang segalanya menjadi lebih berantakan ketika Raskar, cowok yang deket dengan musuhnya tiba-tiba mengklaim Rin sebagai pacarnya. "Mulai hari ini lo jadi cewek gue a...