"Rin." Raskar secara tiba-tiba berdiri di depan Rin. Ardhan dan Jehan masih mengambil barang. Hari ini akhirnya Rin akan berangkat ke Singapura untuk menjalani perawatan medis lebih lanjut.
"Kenapa lo enggak bilang kalau lo akan pergi hari ini?"
Rin tetap diam. Terlalu dipenuhi kebencian sehingga merasa berbicara dengan Raskar pun adalah hal yang tidak pantas.
"Gue tahu lo masih marah. Gue paham kalau perbuatan gue keterlaluan. Gue enggak bisa apa-apa lagi. Itu terlanjur terjadi, tapi kalau lo nyuruh gue melakukan apapun. Gue akan ngelakuin itu Rin. Gue pasti akan melakukannya, sumpah!" Raskar menggengam tangan Rin, lagi-lagi membiarkan dirinya berlutut kepada Rin tanpa memikirkan harga dirinya.
"Rin, tolong bilang sesuatu sama gue." Raskar dipenuhi ketakutan. Takut jika Rin tidak akan pernah kembali padanya selamanya. Itu mengerikan di saat Raskar mengetahui betapa dia begitu mencintai Rin. Mengapa perasaannya datang terlambat begini? Raskar terlanjur membuat kesalahan.
"Kalau lo enggak ngomong, gue akan ikut ke Singapura. Kemanapun lo pergi, gue akan ngikutin lo!"
Kini Rin menatap Raskar. "Jangan pernah perlakuin gue seperti Fisia."
"Gue enggak mau lo ninggalin gue lagi, Rin."
"Masalahnya lo pantas ditinggalin, Raskar! Lo nyadar enggak, sih kenapa lo dimanfaatin Fisia? Lo bego! Lo enggak punya pendirian!Pergi sana!"
"Gue enggak akan pergi sampai lo janji enggak akan ninggalin gue."
"Gue enggak akan membuat janji tolol semacam itu."
"Gue anggap lo setuju untuk gue ikutin kemana aja."
"Coba aja." Rin menantang dengan berani. Tahu kalau Raskar tidak akan bisa bebas, karena keluarganya begitu keras.
"Oke." Raskar mengangguk. "Jangan menyesal setelah ini."
Raskar masih di sana sampai pesawat Rin terbang. Raskar tahu dia bersalah, tapi Raskar mana mau melepas Rin. Tidak akan!
***
Hari ini pun Arvel menyaksikan perdebatan antara ayahnya dan Raskar. Ayahnya semakin ingin mengontrol Raskar, sementara Raskar semakin menunjukkan taringnya. Namun Arvel tidak pernah mengira kalau ayahnya akan sampai melempar pisau steak tepat ke arah Raskar. Terlalu cepat, sehingga Raskar tidak bisa menghindar. Pisau itu menusuk dada Raskar, tidak dalam, tapi jelas kaos putih Raskar langsung berdarah. Raskar membanting piringnya.
"Kalau Papa enggak mau ngurus Raskar lagi, enggak usah! Raskar bisa pergi dari rumah ini."
"Berani kamu berbicara seperti itu kepada saya!"
"Papa mungkin pengen ngebunuh Raskar, tapi Raskar ingatin. Bahkan Raskar enggak segan untuk masukin Papa ke penjara kalau Papa ngelukain Raskar lagi."
"Anak kurang ajar!" Bram tersulut. "Kamu sudah capek-capek saya besarkan. Begini balasan kamu?!"
"Iya, kenapa? Papa nyesal udah ngebuat Raskar? Salahkan kebodohan Papa sendiri."
"Raskar, cukup!" Andin berteriak. "Papa kamu benar. Mengapa kamu ingin pindah ke Singapura? Kamu mungkin punya biaya sendiri dari Kakek kamu untuk hidup di sana, tapi itu terlalu jauh. Papa dan Mama tidak bisa melihat bagaimana kamu bersekolah di sana."
"Dengarkan kata Mamamu itu! Di sini saja kamu terus membuat masalah sampai hampir di penjara. Apa yang terjadi jika kamu berada di sana? Papa curiga kamu benar-benar akan membunuh orang atau menghamili perempuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raskar & Rin | END
Teen FictionHidup Rin sudah hancur semenjak mantannya menyebarkan foto-foto vulgar dirinya. Sekarang segalanya menjadi lebih berantakan ketika Raskar, cowok yang deket dengan musuhnya tiba-tiba mengklaim Rin sebagai pacarnya. "Mulai hari ini lo jadi cewek gue a...