Raskar masih menjalani pemeriksaan didampingi oleh pengacaranya. Di waktu yang sama Fisia juga mengikuti serangkaian pemeriksaan. Bagaimanapun terlalu banyak saksi yang membuktikan bahwa Fisia adalah orang terakhir yang Dirga temui.
Keadaan semakin rumit ketika Fisia bilang Raskar lah yang merencanakan semuanya. Fisia diminta untuk menjebak Dirga, kemudian sisanya adalah urusan Raskar. Tentu saja Raskar membela diri. Dia hanya terlibat saat Dirga sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.
Pemeriksaan TKP dilakukan. Sebuah unit apartemen menjadi objeknya. Polisi menemukan kursi dan tali yang mungkin digunakan untuk menyekap Dirga. Kemudian entah bagaimana kaos Raskar ada di sana, sehingga membuktikan benar bahwa Raskar mengunjungi unit tersebut.
Raskar hampir putus asa. Terlalu yakin kalau Fisia dengan dukungan penuh Ayahnya akan membuatnya berakhir di dalam jeruji besi. Lagipula Raskar ragu kalau hidupnya di luar jeruji penting. Nyatanya Rin tidak pernah menemuinya selama seminggu belakangan ini. Raskar merasa sendirian tanpa keluarganya. Bahkan jika ada Kakeknya dan teman-temannya, Raskar merasa belum cukup. Raskar butuh Rin.
Jelas Raskar paham kalau Rin pasti berduka atas kematian Dirga. Kesedihan tersebut bahkan mungkin terlalu dalam dan lebih bermakna dibandingkan keadaannya saat ini. Apa lagi yang bisa Raskar harapkan? Dia terlalu bodoh sehingga menjebak dirinya sendiri dalam kesengsaraan.
"Raskar, kamu belum makan?" Kakeknya kini duduk di depannya, menggunakan jas hitam rapi dan tampak kelelahan.
"Raskar udah makan tadi pagi."
"Kamu harus makan dengan baik, Raskar. Prosesnya masih banyak."
"Entahlah, Kek. Raskar capek."
"Kakek akan memesan pizza dan burger. Kakek juga belum makan malam."
Raskar membiarkan Kakeknya memesan makanan. Begitu makanan sampai, Kakeknya langsung mengambil sepotong pizza. Tetap saja Raskar tidak punya selera untuk menyentuh makanan apapun.
"Ini semua salah Raskar. Raskar terlalu bodoh."
"Sudahlah, jangan bicarakan lagi. Yang penting bukan kamu pelakunya."
"Enggak, Kek. Yang penting adalah Fisia. Fisia kuncinya. Kalau dia terus memutar-mutar cerita, maka Raskar akan terbukti bersalah. Sejak awal Fisia pasti sudah menargetkan Raskar. Fisia sudah membuat seolah-olah Raskar pelakunya."
"Ayolah, jangan menyerah. Kita berjuang bersama-sama. Kamu enggak mau, kan, tidur di jeruji besi? Kamu bahkan bilang mau menikahi perempuan bernama Rin itu. Kamu yakin mau menggadaikan itu semua?"
"Raskar cuma lelah, Kek. Semuanya seolah enggak berujung."
"Ras, Rin nyariin lo."
Ucapan Sakti membuat Raskar berpaling. Benar saja. Rin berjalan masuk membawa paperbag cokelat. Rin tampak cantik dengan gaun pendek berwarna hitam dan rambutnya diikat satu.
"Jadi ini rupanya pacar kamu. Ayo, silahkan duduk."
Rin memperkenalkan diri. Singkat saja, kemudian Rin mengeluarkan sekotak nasi goreng yang ia beli dari tempat langgangan Raskar. Meskipun begitu Raskar tidak berminat untuk berterimakasih. Dia hanya menerima suapan Rin tanpa berbicara apapun.
"Kakek keluar dulu. Rin, tolong jaga Raskar sebentar."
"Iya, Kek."
Kakek Raskar jelas pintar menilai situasi. Ia membiarkan cucunya memiliki waktu bersama perempuan yang ia sayangi. Berharap jika hal tersebut sedikit tidaknya akan membuat Raskar lebih hidup.
"Gimana pemakaman Dirga?"
"Seperti pemakaman pada umumnya. Lagipula itu sudah seminggu yang lalu. Keluarga Nara udah bisa merelakan, tapi jelas enggak akan puas sampai pelakunya dipenjara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raskar & Rin | END
Teen FictionHidup Rin sudah hancur semenjak mantannya menyebarkan foto-foto vulgar dirinya. Sekarang segalanya menjadi lebih berantakan ketika Raskar, cowok yang deket dengan musuhnya tiba-tiba mengklaim Rin sebagai pacarnya. "Mulai hari ini lo jadi cewek gue a...