28

595 11 0
                                    

Rin menggerakkan gigi. Sudah kali kesekian panggilan dari Raskar masuk. DM-nya juga penuh spam dari Raskar. Raskar sampai muncul di tiktok Rin. Mengirim video, pesan dan merepost banyak kata-kata. Rin capek.

Tadinya Rin membiarkan hal itu semua. Sekarang Rin merasa Raskar harus diberi pelajaran. Maka diangkatnya panggilan tersebut.

"Rin." Raskar kemudian terbatuk. "Gimana sama perawatan lo? Kepala lo udah baikan?"

"Berhenti nelepon gue, Raskar!"

"Gue khawatir. Lo baik-baik aja, kan?"

"Kalau lo masih nelepon gue, gue blokir lo di semua akun gue."

"Gue benar-benar khawatir sama keadaan lo, Rin." Suara Raskar terdengar lemah. Bagiamapun itu membuat Rin penasaran.

"Kenapa lo? Aneh banget suaranya."

"Enggak kenapa-kenapa, gue cuma enggak enak badan aja."

Rin langsung mematikan HP. Mau Raskar demam atau bagaimana. Rin sudah tidak peduli.

Jehan masuk. Kali ini Jehan membawa buah stroberi. "Stroberi di supermarket sini segar-segar, jadi gue beli."

Mereka masih canggung, tapi Jehan sudah lebih peka. Ia secara alami akan membantu Rin turun dari bankar atau memberikan air mineral ketika Rin terbatuk. Setiap waktunya makan Jehan juga langsung menyiapkan makanan, menyuapi Rin dan mengupas buah.

Ardhan sengaja pulang setelah empat hari berada di Singapura. Membiarkan hubungan keduanya membaik selagi dia tidak ada. Itu berhasil, Rin mulai merasakan kedekatannya dan Jehan kembali seperti dulu meskipun rasanya berbeda.

"Di depan ada juga yang jual seblak."

"Serius?"

"Gue juga kaget, tapi beneran ada. Lo mau?"

"Enggak, sih."

Jehan memberikan sebuah stroberi yang daunnya sudah ia pisahkan. "Katanya stroberi merek ini manis."

"Rin mengatakannya setelah mengambil satu gigitan. "Enggak manis banget, tapi beda sama stroberi yang biasa aku makan."

Jehan mulai ikut makan. Mereka saling memvalidasi bahwa stroberi tersebut enak dan bilang akan membelinya lagi.

Pukul dua belas Jehan keluar lagi untuk membeli makanan. Rin memang mendapat makanan dari rumah sakit, tapi Rin lebih senang makan makanan yang dibeli Jehan.

"Mau gue suap atau makan sendiri?" Jehan membuka penutup makanan satu persatu.

"Makan sendiri. Kepala aku udah enggak terlalu pusing, kok."

"Kalau ngerasa sakit, langsung bilang gue. Biar gue panggil dokter."

"Iya."

"Kakak enggak makan?" Rin merasa canggung setelah mengatakannya. Mengapa dia memakai panggilan itu seenaknya. Mungkin saja Jehan tidak menyukainya.

"Gue masih kenyang." Jehan berpura-pura tuli, padahal jantungnya terasa aneh ketika mendengar panggilan itu setelah sekian lama tidak mendengarnya.

"Aku makan dulu."

"Mau buah apa?" tawar Jehan. Dia siap untuk mengupas buah.

"Aku mau persik."

Begitulah hubungan Kakak beradik itu selama beberapa hari belakangan ini. Tidak terlalu akrab, tapi jauh lebih baik dari bertahun-tahun sebelumnya.

***

Keesokan harinya, Rin ingin makan sandwich, jadi Jehan pergi mencarinya. Setelah menemukannya, mereka memakannya berdua.

Raskar & Rin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang