04

1.5K 42 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Masih di warung Neng Geulis, Raskar menerima pesan suara dari nomor tidak dikenal. Isinya adalah tentang ledekan seorang cowok pada Rin. Dia menurunkan rokoknya. Sebetulnya bukan urusannya. Lagipula masih hanya sekedar kalimat. Dia pun tidak tersinggung. Namun sekarang dia adalah pacar Rin. Ada pula aturan nomor tiga tentang kewajibannya sebagai pacar. Dia harus bertindak.

"Ada yang mau olahraga?" tanya Raskar.

"Ayo." Brian langsung berdiri. Dia sudah mendengar isi rekaman. "Gue udah lama gak bantai orang. Tangan gue gatal-gatal."

"Siapa yang berani ngerendahin ayang gue?" Sakti menggebrak meja, lalu ikut berdiri. "Pengen banget mulutnya gue getok pakai batu."

"Ayang orang kali, Ti," sela Amar.

"Ayang Raskar, ayang gue juga."

"Sesat!"

Kelima cowok beratasnamkan inti Armee itu melangkah beriringan di lorong. Ekspresi serius mereka membuat murid-murid berbisik.

"Siapa kali ini?"

Inti Armee memang terdiri dari cowok-cowok gila-Raskar yang bisa menyakiti sambil tertawa, Brian yang emosional, kemudian ada Sakti si playboy. Shaka si paling diam. Tidak lupa Amar yang paling gak jelas. Namun masing-masing dari mereka memiliki muka dua. Ketika keseriusan melapisi, itulah saat di mana mereka berubah menjadi Armee. Mereka akan membantai lawan tanpa rasa kasihan.

Bel istirahat berbunyi. Guru mengakhiri pelajaran. Setelah melihatnya keluar, inti Armee langsung bergerak masuk.

Raskar memutar rekaman. "Gue hitung sampai tiga. Pemilik suara ini harus datang ke gue."

Kesia menunjuk Bagas. "Dia, Kak."

Raskar mendekati meja Bagas. Mata cowok itu langsung ke sana kemari.

"Besar juga nyali lo."

"G-gue gak tahu kalau Rin pacar lo."

"Then, kalau dia bukan pacar gue, lo mau seenaknya ngomong kayak gitu?"

Bagas tidak bisa berkata. Diam-diam dia mengepalkan tangan. Benci akan ketakutannya sendiri.

Brian menarik kerah Bagas. Tubuh itu langsung saja dicampakkan olehnya pada Raskar. Cowok itu langsung menendang bagian perut. Bagas terjungkal ke belakang.

"Gue duluan." Sakti menendang rahang Bagas. Ringisannya membuat para perempuan menutup telinga.

"Sok nanya harga. Yakin lo mampu?"

Raskar ikut menendang rahang Bagas. Kini Bagas berusaha duduk. Tangannya menekan kuat-kuat pada rahang yang memerah.

"Ayo dong. Masa gini doang? Kayak cewek lo!" ejek Amar.

Raskar & Rin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang