Hari, jam , detik terus berjalan. Tak terasa sisa 3 hari lagi. Aku semakin menyiapkan diri. Apapun akhirnya nanti, itu adalah keputusan terbaik untukku.
Dan di sisa 3 hari ini, mami masih juga belum sadar. Ketiga anaknya, sering bergantian menjaga. Al yang terpaksa memindah lokasi photoshoot di negara ini, Aly yang semakin jarang melembur, dan Axe yang belajar di rumah sakit. Aku tidak lagi mengunjungi mami, namun aku terus mendoakan mami.
Bel sekolah berbunyi tanda pergantian pelajaran. Kelas ramai karena guru belum datang.
"Fi,ayo Mabar" ajak Pito pada Rafi.
Kedua cowok itu membuka aplikasi game di ponsel masing-masing dan main bersama.
"GYAA AYO FOTOOO!!" teriak Essya dari pojok belakang kelas.
Sudah lama aku tidak menikmati suasana ini. Aku terlalu fokus dengan masalah Zara. Dan kini aku tersenyum melihat itu semua. Ini akan jadi kenangan untukku di masa depan. Karena ini akan terjadi satu kali dalam hidup. Dan aku tidak boleh menyia-nyiakan.
"WOY WOY, BALIKKK PAK YANUAR DATENG!!!" seru Desta melihat kedatangan guru biologi kami.
Sontak semua kembali ke tempat masing masing. Berlagak tidak terjadi keramaian di kelas. Membuka buku biologi dan pura pura membaca.
°°°
Sebuah mobil putih yang sangat aku kenal terparkir di parkiran sekolah. Karena penasaran, aku mendekati mobil itu dan benar, pemiliknya keluar dan memintaku masuk.
" Ngapain kamu disini?" ucapku.
" Kita harus ke rumah sakit" ucap Vern.
Wajah pria itu berbeda. Apa ada sesuatu yang terjadi?. Mami?.
Vern menyetir dengan sedikit cepat. Tak samapi sepuluh menit kami sampai. Dia segera menarikku. Tapi tunggu... Arahnya kenapa ke ruang rawat biasa?.
Vern membuka pintu dan tampak empat orang yang aku kenal serta satu dokter dan satu suster. Mami. Ia menatapku dengan mata sayu. Aku berjalan mendekati mami.
"Ivy"panggilnya dengan suara sangat lemah.
Aku menggenggam tangan mami.
"Iya mi, Ivy di sini"
Air matanya menetes.
"Ter.. terimakasih sudah ber..bertahan"
"Ap..apapun..keputusan.. kamu...mami akan... dukung" ucapnya dengan nafas tersengal.
"Sama- sama mi" aku tersenyum menyembunyikan air mataku.
"Mami...Minta...maaf...karena..udah ... maksa .papa kamu
"Engga,mi.. mami ga salah. Ini keputusan Ivy sendiri kok "
Aku tahu mami sangat merasa bersalah telah menjodohkan ku dengan Al. Tapi itu bukan salah mami. Akulah yang memutuskan menerima perjodohan itu.
"Mami...pamit ya"
Perlahan mata sayup itu menutup. Genggaman tangannya melemah. Tubuhnya mulai mendingin. Dan alat detak jantung membuat garis lurus.
Ketiga anaknya menghambur memeluk maminya. Menggoyangkan tubuhnya kaku nya berharap mami masih bisa dibangunkan.
Aku menunduk. Air mataku tak tertahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKE YOUR HEART
Ficção AdolescenteIvy yang masih duduk di bangku akhir SMA dijodohkan dengan seorang pria yang berprofesi sebagai seorang model sekaligus direktur agensi model buatannya. Tak disangka pria itu 10 tahun lebih tua darinya. Terkenal dingin dan cuek. Ivy yang ceria dan...