₊˚T W E N T Y F O U R ⊹

404 62 4
                                    

Clek..

Rintarou memasuki ruangan ayah kandungnya yang kini masih lemas tak sadarkan diri

Ia memilih untuk duduk disebelah ayahnya dengan kursi yang sudah di sediakan

Menatap dalam wajah sang ayah, mengingat masa lalu yang masih lekat menempel pada ingatannya, hanya terdapat kenangan buruk saja selama ini

Hingga ingatannya berjalan kala ia di pertemukan dengan orang baik, Miya Metsuko. Wanita paruh baya ini dengan sekali pandang membuat Rintarou merasakan kehangatan dan rasa peduli sosok ibu

Sementara saat kecil ibunya sudah meninggal dunia dengan anak yang di kandungnya dan Rintarou tak pernah bertemu keluarga aslinya hingga saat ini

Perasaannya sangat campur aduk, ia tak tau harus bagaimana sekarang ini. Ditengah semua itu dengan marga aslinya, pekerjaan ayahnya lah yang akan ia urus ketika mungkin keluarga kandung satu-satunya yang ia milik ini tengah meninggalkan dunia

Pewaris pekerjaan

Ya

Rintarou sangat menolak semuanya itu

Tetapi ia tak tau harus berbuat apa, hanya bisa mengikuti alur yang Tuhan berikan kepadanya. Sembari merenung Rintarou sedikit mengusap punggung tangan sang ayah yang terlapisi infus

Bagaimana pun ia tak bisa membenci keluarganya apalagi sekarang hanya mereka berdua yang tersisa. Ia masih peduli dengan ayahnya meski pernah di lelang saat kecil, semua kepahitan dunia memberitahu bahwa dibenci itu adalah mimpi buruk yang kejam dan ia pun menghindarinya

Simple nya dibenci dan membenci adalah hina

Pikiran Rintarou perlahan mendingin, ntah mengapa ia membayangkan masa kecilnya dengan skenario bahagia yang ia buat di otaknya, walau itu tak nyata

Dengan tenang, pikirannya membawa Rintarou menuju alam mimpi, perlahan ia meletakan kepalanya diatas tubuh sang ayah dan menutup mata perlahan

.
.
.

"Rintarou.."

"Sayang.."

Mnhh...

"Bangun sayang,waktunya sarapan loh, nanti masakannya keburu dingin" Sentuhan itu terasa nyata, sangat nyata

Jari-jari lentik itu mengusap lembut kepala Rintarou penuh kehangatan

Perlahan Rintarou membuka matanya, tempat ini terasa sedikit familiar dimatanya, ia melihat sekelilingnya. Kamar luas dengan nuansa abu abu muda dan beberapa rak mainan terpajang disana

"Rin? Hey.. Nanti telat, bangun yuk" Perlahan kesadaran Rintarou terkumpul, ia mulai mencerna keadaan

Ini kamarnya.. Tunggu, kamar?

"RINTAROU PAPA GAMAU NUNGGU KAMU LAMA! CEPET BANGUN"

Pintu kamar terbuka dengan kasar, menampilkan sang kepala keluarga berdiri tegak didepannya dengan tatapan marah nan tajam

"Kamu ga bisa di manja terus sayang, ayok bangun" Wanita paruh baya dengan paras cantik dan dewasa berdiri di sebelah kasur Rintarou, mengulurkan tangan lembutnya untuk menggapai Rintarou

"Mama..?" Guman Rintarou sembari menatap lekat wanita yang ia panggil mama itu

"Kenapaa kok kayak ga kenal mama sih? Masih ngantuk ya nak? Kita mau pergi sekarang" Ia kembali mengusap surai Rintarou lalu meninggalkan Rintarou sendirian di kamar itu

Ini dimana.. Rumah? Mama masih ada? Kenapa aku bisa di sini? Terus Miya-san dimana?

Begitu banyak pertanyaan menempel pada kepalanya

"RINTAROU"

Mendengar teriakan itu kembali, ia segera bangun dan bersiap, semua fasilitas lengkap disediakan termasuk dengan pakaian

Rintarou tak tau apa yang harus ia pakai untuk acara yang di ucapkan sang ibu jadi ia memutuskan untuk menggunakan celana training hitam dan kaos oblong berwarna cream

Ia turun perlahan ke lantai dasar rumahnya, menemukan kedua orang tua nya yang tengah menikmati sarapan

Namun yang anehnya ia melihat sosok gadis kecil mirip dengan ibunya tengah bermain dengan bonekanya di meja makan

"Rin-niiiii!! Ayo sarapaan" Ucapnya membuat Rintarou kaget

"Rintarou nanti kita bisa ketinggalan pesawat" Tambah sang ayah sembari meneguk minumnya

Rintarou dengan cepat menghampiri meja makan dan memakan apa yang sudah di sajikan disana

"Nii-san tumben susah bangunnya" Ucap gadis itu

"Ngantuk" Jawab Rintarou singkat, mengingat kembali siapa sosok yang tengah mengajaknya bicara

"Reichio jangan ganggu kakaknya" Tegur sang ibu sembari memakan makanannya

"Iya maaa"

Reichio? Adik Rintarou? Bagaimana mungkin? Ia hanya anak tunggal keluarga Suna

Sarapan selesai dengan cepat

"Semua barang sudah siap tuan" Ucap salah satu bawahan kepala keluarga

"Panggil yang lain, suruh masuk ke mobil ga pake lama" Sang kepala keluarga pun masuk kedalam mobilnya dan menunggu anggota lainnya untuk masuk

Tak perlu waktu lama, semua anggota keluarga Suna pun berkumpul didalam mobil dan mobil perlahan mulai melaju dengan kecepatan sedang

"Jadinya kita mau kemana sih ma? Pa?" Tanya Reichio

"Mama kamu maunya ke Hokkaido jadi kita ga jadi ke Okinawa" Balasnya

Gadis itu mengangguk setelah mendapat jawaban, ia melemparkan jaket tebal kearah Rintarou

"Nii-san ga mungkin di pesawat dingin pake kaos doang" Rintarou menerima jaket tersebut dan mengangguk pelan

"Pendiem banget sih cwih" Cibir adiknya membuat Rintarou agak kesal

"Ya biarin, ga bikin kamu mati ini.." Guman Rintarou terdengar jelas ditelinga adiknya

"Sensian, cowok apa banci sih"

Rintarou memejamkan matanya menahan kesal, ia memilih untuk tidur saja

Namun jika ia pikir-pikir seru juga memiliki adik, ia tak perlu repot mencari teman lainnya jika memiliki adik

Selama perjalanan pun tercipta hening dengan masing-masing sibuk dengan dunianya

Hingga mereka sampai di bandara, Rintarou dibangunkan

Semuanya telah siap, mulai dari barang bawaan hingga penumpangnya

Pesawat siap untuk di terbangkan, semua penumpang duduk pada tempatnya masing-masing

Ibu, ayah serta adiknya duduk bersebelahan, hanya ia yang terpisah, ya mungkin sebuah kebetulan belaka saja

Waktunya Rintarou sendiri, ia menggunakan kesempatan itu untuk mencerna apa yang tengah terjadi

Ia tak mau ambil pusing, semuanya terasa sangat membingungkan, teka-teki hidup memang tak akan pernah berhenti bermain, Rintarou hanya mengambil jalan mudah dan sehat baik untuk fisik dan mentalnya

Tapi kejadian ini membuatnya jauh dari prinsip hidupnya

Selagi ia bernafas kenapa tidak? Pikirkan hal positif

Bodyguard kok uke?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang