18

114 11 2
                                    

"Kenapa Junhui tidak juga mengangkat teleponku? Sial! Wen Junhui, kau di mana?" Jieqiong terus menekan nomor Junhui untuk menelepon tapi ponselnya bukan tidak aktif, Junhui yang tidak mengangkatnya. Kemana dia semalaman ini? Apa jangan-jangan sakitnya makin parah?

Jieqiong ingin sekali menjenguknya namun pekerjaannya banyak dan jadwalnya tidak sedikitpun dapat ditunda. Tentu saja ia lebih memilih pekerjaannya karena bahkan dari dulu Yixing tidak pernah mengizinkan adik perempuannya itu bekerja sebagai selebriti, melainkan membantunya mengurus perusahaannya. Tapi sekarang demi Junhui, ia rela menjadi selebriti yang hanya berkarir di Cina agar sering bertemu Junhui dan juga karena memang mimpinya sejak kecil adalah sebagai model, penari, dan aktris. Ia ingin menunjukkan pada Yixing bahwa ia bisa sukses tanpa pengawasannya.

Ada alasan mengapa Junhui tidak mengangkat telepon Jieqiong, yakni pergelutannya semalaman dengan Xingmei. Proses lelaki ini mulai mencintai sang istri.

***

Xingmei mengerjapkan kedua matanya kala tirai jendela terbuka otomatis hingga menampakkan sinar matahari yang mulai menusuk mata Xingmei. Ia mengucek matanya perlahan dan melihat keadaan sekitar. Wanita ini sudah dalam keadaan tak terbalut apapun selain selimut berwarna putihnya yang ia gunakan berdua bersama Junhui. Junhui yang masih terlelap kedua tangannya masih setia memeluk Xingmei dari belakang. 

Xingmei menoleh ke arah Junhui, dan mengubah posisinya menjadi menghadap Junhui dengan senyum merekah. DIlihatnya wajah suaminya ini yang masih terlelap. Entah seberapa bahagianya Xingmei saat ini jika mengingat apa yang terjadi semalam. Yang ia inginkan selama ini terjadi juga. Junhui memang seharusnya dari dulu sampai sekarang tidak bisa terpisahkan dari Xingmei.

"Seperti bayi." bisik Xingmei sambil ia usapkan telunjuknya pada atas hidung mancung Junhui. Ia menangkup pipi Junhui dan ia usap penuh kasih sayang, membuat Junhui yang juga tak terbalut apapun menggeliat dan merasakan sentuhan Xingmei dan lelaki ini tersenyum menikmatinya.

Tak lama Junhui meraih tangan Xingmei yang mengusap pipinya dan ia kecup lembut dan lama tangan Xingmei masih dengan mata tertutup lalu ia tersenyum, membuat Xingmei terkekeh pelan.

"Bangunlah, kau harus ke kantor." bisik Xingmei hendak membuka selimutnya namun Junhui segera menahannya dan menutupnya kembali.

"Morning kiss." pinta Junhui sambil mendekatkan wajahnya pada Xingmei. Xingmei mengecup kepala, pipi, dan yang terakhir bibir Junhui singkat. Junhui kembali menangkup kedua pipi Xingmei dan melumat bibirnya pelan dan menuntut agar Xingmei bisa dengan mudah membalasnya. Bahkan entah sejak kapan posisi Junhui kembali berada di atas Xingmei dan ciumannya sudah turun ke lehernya dan kedua tangannya sudah meraba hal-hal milik Xingmei yang lain. Sehingga membuat Xingmei melenguh pelan dan hanya bisa memeluk leher Junhui erat. Junhui terbenam dalam selimutnya dan Xingmei hanya untuk mencium semua yang ada pada Xingmei yang kini sudah menjadi miliknya.

Tok tok tok!

"Nona, tuan muda. Sarapan sudah siap!" panggil Shuhua membuat lenguhan Xingmei lebih keras dari yang tadi karena terkejut juga.

"Junhui!" bisik Xingmei namun Junhui tidak menghiraukannya dan kembali melanjutkan kegiatannya sambil menggeram pelan. Mengganggu saja Shuhua.

"B-baik, Shuhua. Kami akan segara ke sana..." jawab Xingmei di tengah lenguhannya lalu dengan cepat Junhui membungkam mulut Xingmei dengan lumatan kasar yang terpaksa harus ia balas.

"Nona, apa nona dan tuan baik-baik saja? Tampaknya nona sedang tidak sehat." balas Shuhua sedikit khawatir. Tak lama, Shuhua disusul oleh Yizhuo yang sejak tadi belum juga turun bersama Xingmei dan Junhui untuk sarapan.

Marriage Without Love | Jun SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang