4

79 13 2
                                    

Keesokan harinya, Xingmei, nenek, dan Zongxian sarapan seperti biasanya. Namun tidak dengan Jun. Ia keluar dari kamarnya dalam keadaan sudah siap hendak berangkat kerja.

"Junhui, ayo sarapan dulu." ajak Xingmei menghampiri Junhui lalu meraih lengannya. Namun dengan cepat dan kasarnya Junhui menepis tangan gadis itu.

"Jangan sentuh aku!" Junhui langsung pergi meninggalkan rumah tanpa berpamitan dulu dengan Zongxian, ayahnya sendiri.

"Anak itu benar-benar..."

Xingmei terpaksa duduk kembali sambil memunculkan senyum palsunya. Nenek yang melihatnya menjadi tidak tega dan hanya bisa mengusap lembut kepala cucunya itu. Begitupun Zongxian, ia yakin sahabatnya di atas sana tidak bahagia melihat kejadian ini.

"Zongxian, sepertinya Junhui benar-benar menentang perjodohan ini. Kasihan Xingmei, apa tidak sebaiknya kita batalkan saja semua ini? Tidak apa-apa kalau kami kembali ke desa." kata nenek yang membuat Xingmei langsung menatapnya tajam.

"Nyonya, aku mohon jangan begini. Kangjian sangat mengharapkan hal ini. Dan hanya aku yang bisa mengabulkan keinginannya. Kangjian sudah menyerahkan perusahaannya padaku setelah aku bangkrut karena orangtua Jieqiong. Aku harus balas kebaikannya, dan hanya ini yang bisa kulakukan. Nyonya dan Xingmei tenang saja. Saya punya cara agar Junhui tidak bisa lagi menentang perjodohan ini."

***

"Permisi tuan, ini berkas yang harus anda tanda tangani." seorang pekerja di perusahaan Zongxian bernama Renjun datang ke ruangan Zongxian.

"Oh iya." Zongxian pun menandatangani berkas yang dimaksud Renjun.

"Terima kasih tuan..." ucap Renjun yang dijawab anggukan oleh Zongxian.

"Oh iya, Renjun. Tolong panggilkan Junhui. Suruh menghadap saya!" perintah Zongxian.

"Baik, tuan..." Renjun mengangguk sopan lalu keluar dari ruangan Zongxian.

Sembari menunggu, Zongxian hanya menopang kepalanya di atas meja dengan tangannya. Kepalanya pusing dan ia harus siap bicara empat mata lagi dengan Junhui. Seandainya saja istrinya masih ada, dia pasti bisa bicara baik-baik dengan Junhui. Beberapa lama kemudian, pintu ruangan Zongxian terketuk dengan pelan lalu masuklah Junhui setelah dipersilahkan masuk oleh ayahnya itu.

"Ada apa, yah?" tanya Junhui dingin setelah duduk di hadapan Zongxian.

"Junhui, ayah minta maaf soal kemarin. Ayah akui, cara ayah salah. Tapi ayah lakukan ini untuk kebaikanmu juga."

"Kebaikan bagaimana maksud ayah?" tanya Junhui akhirnya mulai menatap ayahnya.

"Ayahnya Xingmei itu sahabat ayah. Namanya Kangjian. Ayah pernah bangkrut karena ditipu oleh orangtua Jieqiong dan Kangjian telah menolong ayah. Dia memberikan perusahaannya kepada ayah. Tapi sayang, Kangjian meninggal karena penyakit kanker yang sudah ia derita sejak lama. Dia meninggalkan istri dan anak perempuan yang saat itu masih SMP, Lin Xingmei."

"Lalu?"

Sialan! Untung anakku...

"Sebelum meninggal Kangjian meminta sesuatu sebagai permintaan terakhir. Dia menjodohkan Xingmei denganmu. Hanya itu yang bisa ayah lakukan untuk membalas semua kebaikan Kangjian."

"Tapi yah, aku sudah bilang aku mencintai Jieqiong. Aku tidak mencintai Xingmei. Ayah tidak bisa memaksaku menikahi gadis yang tidak aku cintai."

Marriage Without Love | Jun SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang