"Jiejie, kau harus beritahu suamimu sekarang!" seru Jingtian antusias.
Ingin Xingmei terharu sekarang, namun ia teringat Jieqiong juga sedang hamil dan Junhui sedang tanggung jawab atas Jieqiong. Tapi ia tepis pikiran itu. Ia juga sedang hamil, tentunya anak Junhui.
"Nanti saja." jawab Xingmei menunjukkan senyum terpaksanya.
"Kenapa, jiejie? Aku yakin suamimu akan sangat senang mendengarnya." tanya Danfeng heran.
Minghao memperhatikan ekspresi Xingmei, ia yakin sahabatnya ini sedang menyembunyikan sesuatu. Pasti ada masalah lagi dengan Junhui.
"Tidak, aku akan memberitahunya di rumah. Aku...ingin memberi kejutan padanya." jawab Xingmei sedikit berbohong. Namun ia memang ingin memberikan kejutan. Hanya saja ia berbohong soal Jieqiong yang sedang hamil. Minghao belum tahu itu.
Tiba-tiba, dokter yang menangani Xingxing ke luar dari ruang operasi Xingxing sambil melepas masker medisnya.
"Tuhan mengabulkan doa kami semua. Operasinya berhasil, dan besok kami akan memindahkan Xingxing ke ruang inap." jelas dokter dengan senyum merekah.
Xingmei, Minghao, serta kawan-kawan trainee Xingxing bernapas lega. Xingmei tampak lebih lega. Entah kenapa ia merasa sekhawatir itu pada Xingxing, Meski Minghao juga tak kalah khawatir, tapi terlihat ekspresi Xingmei seakan-akan lebih khawatir. Rasa khawatirnya seperti sosok kakak perempuan pada adik laki-lakinya.
"Biaya administrasinya biar saya yang tanggung." balas Minghao.
"Baik, kalau begitu silakan ikuti suster ini untuk mengurusi biaya administrasinya. Saya permisi dulu." pamit dokter tersebut. Minghao berjalan mengikuti suster yang dimaksud dokter tadi.
"Jiejie, kau tampak sekhawatir itu pada Xingxing. Kukira Xingxing adikmu." komentar Jingtian sambil tersenyum.
DEG!
Benar juga, ia bingung kenapa dirinya sekhawatir ini pada Xingxing. Padahal Xingxing hanyalah trainee yang dilatih oleh Minghao untuk menjadi seorang idola. Dan mungkin Xingxing adalah sahabat baru Xingmei.
"Malah kukira jiejie selingkuh dengan Xingxing. Maafkan aku...." lanjut Danfeng menyesal dan langsung disenggol pelan oleh Jingtian, takut Xingmei tersinggung.
"Tak perlu khawatirkan itu. Kalian kan saat itu tidak tahu. Kalian juga sekarang sudah kuanggap adik sendiri."
Teman-teman Xingxing pun terkekeh pelan, lucu sekali.
Tak lama, Minghao kembali setelah membayar biaya administrasi perawatan Xingxing.
"Xingmei, sebaiknya kau cepatlah pulang dan istirahat. Kau sedang hamil. Akan kuantar." saran Minghao sambil membujuknya pulang.
"Tidak, terima kasih. Aku akan menelepon Junhui."
Xingmei mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya. Apapun respon Junhui, akan Xingmei terima. Namun saat Xingmei hendak menempelkan ponselnya ke telinga, ia melihat seorang pria berjalan melewatinya sambil merangkul seorang wanita. Yang baru ke luar dari ruangan cek kehamilan.
"Hey, bukankah itu suamimu?" tanya Minghao setelah menghampiri Xingmei untuk meminta penjelasan. Xingmei terdiam terpaku dengan posisi masih memegang ponselnya.
Benar saja, sang suami saat ini sedang bersama Jieqiong. Bahkan gandengan Jieqiong tidak terlepas sama sekali dari lengan suaminya sendiri. Matanya berkaca-kaca namun secepat mungkin ia tepis dan ia usap air matanya secepat kilat lalu menghela napas.
"Tunggu sebentar." hanya itu yang Xingmei katakan sebelum ia menghampiri Junhui dan Jieqiong.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Without Love | Jun SEVENTEEN
RomanceCERITA INI NGGA JADI PINDAH KE NOVELME. AKAN DIPUBLISH DISINI, HAPPY READING! ❤ Lin Xingmei, seorang gadis desa yang periang terpaksa menikahi seorang anak dari CEO ternama di kota. Jika bukan karena ayahnya yang berhutang budi pada mendiang ayah Xi...