Junhui sudah selesai mandi dan saat ini ia mengenakan kaus oblong berwarna putih dengan celana piyama. Bahkan Xingmei baru sadar, rambut Junhui semakin panjang dan gondrong. Menambah kesan tampan dan berkharisma dalam dirinya. Rambutnya basah dan saat ini pun Junhui sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Xingmei? Ia sudah berbaring sambil masih memainkan ponselnya.
"Kukira kau sudah tidur." Junhui memecahkan keheningan tanpa berbalik memandang Xingmei.
"Kau pikir untuk apa aku berpakaian seperti ini?" tanya Xingmei pelan hingga membuat Junhui berbalik melirik Xingmei.
"Apa?" tanya Junhui meminta sang istri mengulang kata-katanya.
Xingmei hanya menghela napas dan menaruh ponselnya di atas nakas lalu menutup tubuhnya dengan selimut. Ia menghadap berlawanan dari Junhui. Junhui menahan tawanya lalu berjalan menuju tempat tidurnya setelah ia menyimpan handuknya.
"Lin Xingmei." panggil Junhui pelan namun tetap terdengar oleh Xingmei.
"Sudah tidur." jawab Xingmei dari dalam selimutnya.
Junhui semakin menahan tawanya. Istrinya ini sangat menggemaskan.
"Kemarilah." bisik Junhui.
Xingmei menghadap sang suami dan Junhui menepuk pahanya. Meminta sang istri duduk di pangkuannya lagi. Xingmei dengan canggung beranjak dari posisi berbaringnya lalu duduk di pangkuan Junhui.
"Cantiknya." bisik Junhui sambil menyingkirkan rambut Xingmei yang sempat menutupi area wajahnya.
Pipi Xingmei otomatis bersemu merah dan hanya menutupi area wajahnya dengan memeluk Junhui. Junhui sedikit tertawa dan membalas pelukan Xingmei sambil mengusap pelan punggung Xingmei.
"Lin Xingmei, lihat aku." bisik Junhui. Xingmei menggeleng dan hanya tersenyum malu dalam pelukan Junhui.
"Hey..." Junhui melonggarkan pelukannya sehingga mau tak mau Xingmei menatap Junhui dengan senyum merekah.
"Kau sengaja pakai baju ini untukku, huh?" tanya Junhui yang langsung diangguki oleh Xingmei pelan.
Tiba-tiba Junhui mengusap pelan bibir Xingmei. Jarak mereka semakin dekat dan senyum di antara pasangan ini tidak luntur sedetik pun.
"Wo ai ni." bisik Xingmei menyatukan dahinya dengan dahi Junhui.
Junhui tersenyum tipis hingga akhirnya ia menyatukan bibirnya dengan bibir Xingmei. Dilumatnya bibir Xingmei pelan namun tanpa ampun. Tak lupa Xingmei membalas lumatan Junhui yang sempat tersenyum.
Xingmei mengalungkan tangannya di leher Junhui dan memeluknya semakin erat. Junhui juga memeluk pinggang Xingmei tanpa adanya jarak yang terkikis sedikit pun.
Satu persatu kancing kemeja Xingmei berhasil terlepas satu persatu sampai 4 kancing tanpa ia lepas lumatannya dari bibir Xingmei.
Ciuman mereka terlepas untuk sama-sama mengambil napas. Junhui akhirnya berhasil membuka kancing kemeja Xingmei dan ia lepaskan dari tubuh Xingmei lalu kembali mencium Xingmei hingga ciumannya turun ke leher sang istri. Xingmei melenguh pelan.
***
Pukul 8 pagi mereka masih berpelukan tanpa terbalut apapun. Berkali-kali pula Junhui mengecup kepala Xingmei yang ia peluk dari belakang. Tak lama, ponsel Junhui berdering pertanda ada seseorang menelepon. Junhui mendengus kesal dan terpaksa menjawab teleponnya yang mengganggu itu, sementara Xingmei melanjutkan kembali tidurnya dengan menarik selimut agar sepenuhnya menutup tubuhnya.
"Hmm? Ada apa?" tanya Junhui dingin setelah sempat menguap/
"..."
"Apa?!"
"..."
"Baik, aku pulang sekarang."
Junhui menutup teleponnya secara sepihak dan langsung memakai semua pakaiannya.
"Ada apa?" tanya Xingmei mengucek matanya setelah menguap.
"Kita pulang sekarang."
"Apa? Tiba-tiba? Ada apa? Ayah?" Xingmei yang reflek langsung ikut memungut semua pakaiannya dan langsung ia pakai.
"Tak bisa kujelaskan sekarang. Tadi Renjun yang meneleponku. Berkemaslah, aku akan mandi."
Xingmei benar-benar tak mengerti. Junhui bahkan sempat diberi waktu bulan madu oleh kantor selama seminggu. Tapi belum juga seminggu, mereka harus segera pulang. Apa ada hubungannya dengan ayah? Apa ayah sudah sadar? Atau malah terjadi sesuatu pada ayah?
***
Xingmei dan Junhui sudah sampai di China pada malam harinya. Ternyata memang benar, sesampainya di rumah, ada tamu tak diundang sudah duduk di sofa ruang tengah. Dengan Shuhua, Yizhuo, dan asisten rumah tangga yang lain langsung menatap Xingmei khawatir dan langsung menunduk.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Junhui dingin.
"Akhirnya kau pulang juga." Jieqiong beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Junhui. Xingmei mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya wanita tak punya harga diri ini datang kembali ke kehidupan mereka.
"Bagaimana? 'Bulan madu' nya? Senang?" tanya Jieqiong sambil menatap Xingmei.
"Katakan, apa lagi urusanmu di sini?" tanya Xingmei penuh penekanan.
"Hey, di mana sopan santunmu? Lagipula aku kemari justru membawa kabar gembira untuk Junhui, dan mungkin juga untukmu." jawab Jieqiong santai.
Tanpa berlama-lama lagi, Jieqiong mengambil sesuatu dari dalam tasnya lalu ia tunjukkan kepada Junhui dan Xingmei. Xingmei terbelalak kaget sementara Junhui mulai menunjukkan tatapan tajam dan sedikit bergetar.
"Aku hamil, anakmu, Junhui."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Without Love | Jun SEVENTEEN
RomanceCERITA INI NGGA JADI PINDAH KE NOVELME. AKAN DIPUBLISH DISINI, HAPPY READING! ❤ Lin Xingmei, seorang gadis desa yang periang terpaksa menikahi seorang anak dari CEO ternama di kota. Jika bukan karena ayahnya yang berhutang budi pada mendiang ayah Xi...