20

54 7 0
                                    

Annyeonghaseo yeorobun! Gimana kabarnya? Adeknya Xu Minghao balik lagi, nih. Baru beres KKN dan magang di sekolah. Tapi tanggal 21 nanti aku magang lagi di radio :") mumpung masih ada beberapa waktu, aku bakal balik lagi sesuai janji yakni next cerita ini lagi. Yuk jangan lupa vote + comment nya biar kembalinya aku di sini ngga sia-sia! ❤

***

Junhui yang terdapat luka lebam di beberapa bagian di wajahnya sudah diobati meski keadaannya masih lumayan lemah. Tapi yang ia pikirkan sekarang adalah Xingmei. Lukanya lebih parah dan rasa bersalah Junhui sudah sangat besar. Seharusnya masalah perusahaan jangan sampai melibatkan Xingmei yang jelas-jelas selama ini tidak pernah terlibat.

"Suster, istri saya. Apa dia baik-baik saja? Kumohon beritahu saya apa yang terjadi padanya?" tanya Junhui masih dengan suara lemas.

"Benturan yang dialami istri anda cukup parah dan masih dalam pemulihan. Tapi lusa dia sudah bisa pulang."

Junhui baru akan pulang jika Xingmei sudah diperbolehkan pulang. Tapi yang pasti, saat ini masalah dia adalah dengan Yixing. Junhui baru saja melakukan sebuah kebenaran yang bagi Yixing ataupun Jieqiong adalah sebuah kesalahan fatal. Tapi sikapnya yang seperti itulah yang akan membanggakan Xingmei dan Zongxian.

***

"Pelan-pelan..." Junhui memapah Xingmei menuju kamarnya. Xingmei sudah diperbolehkan pulang namun masih merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

"Shuhua!" panggil Junhui setelah Xingmei terbaring di tempat tidurnya.

"Iya, tuan. Ada apa?" tanya Shuhua.

"Obat milik Xingmei masih ada di mobil. Tolong ambilkan, dan siapkan makan siang juga air minum." pinta Junhui, yang Shuhua akui, nada bicara Junhui semakin hari semakin lebih lembut dan terkesan tidak terlalu memerintah.

"Baik, tuan." Shuhua bergegas kembali ke mobil sesuai dengan permintaan Junhui.

Junhui duduk di pinggir kasur dan menatap Xingmei dalam. Xingmei yang membalas tatapan Junhui belum bisa diajak bicara terlalu sering. Xingmei hanya membalas tatapan Junhui dengan senyum tipis dengan mata yang tampak berat. Xingmei mengerti akan tatapan Junhui dan hanya mengangguk pelan. Tangannya kanannya secara perlahan mengusap lembut pipi Junhui.

"Maafkan aku. Kumohon, maafkan aku." hanya itu yang bisa diucapkan Junhui hingga akhirnya air matanya menetes.

Bayangkan saja, Junhui yang arogan, keras kepala, galak, menyebalkan, dan hobi berselingkuh bisa berubah manja dan bucin pada istrinya sendiri hanya karena foto masa kecil mereka? Sepertinya Zongxian harus lebih memperhatikan kebutuhan Junhui ketimbang kebutuhan perusahaan. Terbukti, hanya karena Junhui sibuk dengan pekerjaan, ia sampai lupa pada Xingmei seperti sedang terkena amnesia akibat benturan sebuah benda.

Xingmei lagi-lagi mengangguk pelan dan tersenyum. Memang seharusnya Xingmei tidak boleh terlibat dalam masalah ini. Apalagi masalah ini murni karena rekan bisnis Junhui yang bahkan serba serbi yang ada di perusahaan Xingmei tidak terlalu tahu menahu dan mengurusi.

Xingmei kembali mengusap pipi Junhui. Junhui meraih tangan Xingmei yang ada di pipinya lalu dikecupnya lama. Bisa-bisanya saat ini Xingmei sudah membuat Junhui kembali seperti dulu. Bahkan semakin bucin setengah mati padanya.

"Aku berjanji, akan mengurusi secepatnya permasalahan ini. Aku yakin, semua ini ada sangkutpautnya juga dengan ayah yang kembali drop setelah infusnya dicabut."

"B-bagaimana bisa kau berpikir sampai situ?" tanya Xingmei akhirnya bisa bersuara meski masih lemas.

"Entahlah, perasaanku hanya tidak enak saja. Sudahlah, kau tak perlu memikirkan itu. Yang pasti, percayalah ayah akan cepat sembuh, pulang, berkumpul lagi dengan kita di rumah, dan semua masalahku di perusahaan cepat selesai." ekspresi Junhui yang meyakinkan membuat Xingmei tenang.

Marriage Without Love | Jun SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang