21

58 6 0
                                    

"Nona, nona bisa ketinggalan pesawat." ucap Guanlin masih fokus menyetir.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan pesawat menuju Las Vegas akan segera berangkat jam 10 pagi nanti. Satu jam lagi. Namun Xingmei masih bersikeras untuk menemui Zongxian di rumah sakit. Meski Zongxian masih belum sadar dan percuma saja jika Xingmei datang, namun perasaannya tidak akan enak jika ia tidak meminta izin dulu kepada mertuanya itu. Seperti yang biasa ia lakukan pada mendiang sang ayah saat ia masih terbaring lemah di rumah sakit.

"Guanlin, kau seperti tidak tahu Xingmei saja. Keras kepala." Junhui yang juga berada di kursi belakang bersama Xingmei dengan gemas mengacak-acak rambut Xingmei sambil sedikit tertawa.

"Benar, tuan. Saya memanggilnya dengan sebutan 'nona' pun ia tidak suka. Padahal sudah seharusnya kupanggil begitu." balas Guanlin sementara Xingmei yang saat ini sedang dibicarakan suami dan supir pribadinya ini hanya mengerucutkan bibirnya.

"Jangan ganggu Guanlin yang sedang menyetir dan keluarlah dari mobil." sentak Xingmei kepada Junhui yang justru tampak menggemaskan di mata suaminya ini.

Junhui bungkam saat itu juga sementara Guanlin hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya.

***

Ceklek!

Xingmei membuka knop pintu ruang inap Zongxian secara perlahan. Hening. Yang terdengar hanyalah suara layar dari alat infus yang dipasang pada tubuh Zongxian meski kondisinya sudah cukup stabil.

"Ayah, aku dan Junhui akan bulan madu ke Las Vegas hari ini. Ayah senang, kan?" Xingmei sempat duduk di bangku sebelah ranjang Zongxian dan menggenggam tangannya. Junhui hanya memperhatikan Xingmei dan mengulum senyumnya.

"Guanlin..." panggil Xingmei membuat Guanlin langsung menghampiri Xingmei.

"Iya, nona. Ada apa?" tanya Guanlin sopan.

"Aku dan Junhui titipkan ayah padamu. Sering-seringlah menjenguknya. Apalagi jika pihak rumah sakit tiba-tiba menelepon tentang keadaan ayah, segeralah datang ke sini."

"Baik, nona." jawab Guanlin mengangguk sopan.

Terus terang, Junhui bangga pada Xingmei. Jika saja ayahnya Xingmei masih ada, keduanya pasti akan senang dengan pernikahan ini. Seharusnya Junhui sadar dengan perbandingan antara Jieqiong dengan Xingmei. Jieqiong saja bahkan tidak peduli bahwa Zongxian memiliki riwayat penyakit jantung.

***

"Matikan ponselmu." bisik Junhui saat ia dan Xingmei sudah berada di dalam pesawat.

"Hmm? Kenapa? Aku ingin berfoto." Xingmei mengerucutkan bibirnya.

"Peraturannya memang begitu. Memangnya kau benar-benar belum pernah naik pesawat?"

Kamu nanyeeeaaa?

"Di desa tidak ada bandara." jawab Xingmei cukup terjawab pertanyaan Junhui, membuat pria ini langsung mengalihkan pandangannya. Baru ingat kalau Xingmei ini dari desa.

"Kalau mau difoto, nyalakan saja dulu mode pesawat di ponselmu."

"Bagaimana caranya?" tanya Xingmei membuat Junhui menghela napasnya.

"Berikan."

"Huh?"

"Ponselmu. Berikan..."

Xingmei mengerucutkan bibirnya dan memberikan ponselnya pada Junhui. Sudah beberapa bulan memiliki ponsel namun masih belum tahu di mana letak mode pesawat? Gadis aneh.

"Nih..." Junhui memberikan ponselnya kembali pada Xingmei.

"Tidak akan ada jaringan kalau kau nyalakan mode pesawat." Junhui melipat tangannya lalu memejamkan matanya. Mungkin akan tertidur.

Marriage Without Love | Jun SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang