Mom's hunch

119 25 5
                                    

Hari ini hari yang di tunggu-tunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini hari yang di tunggu-tunggu. Hari pertemuan guru dan orang tua. Sebenarnya pertemuan seperti ini tidak sering terjadi sih, hanya waktu ketika kelas 12 seperti ini saja.

"Yang dateng mama atau papa lo, Ra?" Tanya Bella, mereka tengah berada di lantai atas melihat wajah wajah wali murid seangkatan mereka. "Gak tau. Pokoknya itu undangan gue taro di meja kamar mama. Paling juga gak ada dateng."

Zahra menginjak kaki Bella, membuat gadis itu meringis diam diam. Seharusnya Bella mampu menahan untuk tidak bertanya, karena topik keluarga sangat sensitif untuk Rara beberapa bulan terakhir ini—yah, kalian tahu apa yang terjadi dengan keluarganya. "Sorry, gue lupa.."

Alih-alih marah Rara justru tersenyum. "Gapapa, harusnya lo bersyukur punya keluarga yang hangat dan harmonis, jangan pernah sia siain itu—dan juga, kayaknya Zahra gak bakal sendiri," Rara mengangkat bahunya, "mama sama papa gue kayaknya mau cerai."

"A-apa?" Zahra menutup mulutnya alih-alih berteriak terkejut.

"Gue nemu surat pengadilan agama di tempat sampah, kelihatannya sih sobek sobek gitu—gatau juga gak penting." Rara tersenyum getir. "Emang apa yang perlu di banggakan sampe lo mau jadi temen anak broken home?" Kata Zahra.

"Gapapa, biar lo ada temennya aja hahah."

Bella menatap Rara dengan pandangan heran, "di saat keluarga lo ada di ujung tanduk lo masih haha hehe? Wahh gak waras lo."

"Ya terus gue harus apa? Nangis? Udah bosen gue. Dan lagi, itu buang buang tenaga.." Bella berdecih, dipikir Bella tidak tahu saat Rara menatap jendela di kelas dan air matanya meluncur begitu saja. Bosen katanya? Bulshit.

"Ck! Gapapa mulu sekali kali bilang dong mau lari dari kehidupan!"

"Sekarang juga bisa sih, bedanya ini lompat, langsung deh terjun gue ke neraka." Dengan bodohnya Rara tertawa hambar, Tapi punggung Rara nyeri saat merasakan tangan yang mendarat keras di sana.

BUK!

"Mulutnya gak pernah di sekolahin ya?!" Si pelaku berkata dengan nada marah.

"Mana mau mulut sekolah, maunya di cium."

"Masih kurang?" Tanya si laki-laki.

"A-apa nya yang kurang?!" Zahra panik.

"Kepo."/"Kepo."

Bella tertawa, "emang ya, kalian itu pasangan dunia akhirat deh."

"Aamiin."/"Aamiin."

Selanjutnya Iqbaal menatap Rara. "Ngapain disini?" Tanya Rara yang justru bertanya. "Nyariin kamu lah, kok tiba-tiba ilang, takut nya di blacklist dari dunia."

"Aku juga berharap begitu—eh kamu gak ngurusin acara dibawah?" Iqbaal menggeleng, "aku udah bukan OSIS lagi, eum.. besok sih lebih tepatnya, kan mau pemilihan lagi."

More Than GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang