Sorry

172 37 2
                                    

Kindaaaa 17+ scenes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kindaaaa 17+ scenes

Sudah satu bulan berlalu, semua terlihat baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatir kan, meskipun hampir tiap malam Iqbaal harus di hantui dengan wajah kecewa bunda. Iqbaal menggelengkan kepalanya, berusaha menepis overthinking itu lagi.

"Diminum susunya Baal, jangan ngelamun." Anak itu menoleh pada bunda yang baru saja meletakkan susu coklat di meja, bunda sudah siap dengan baju rapi khas guru.

Oh iya, Iqbaal lupa menceritakan. Bunda itu guru honorer di salah satu SMP negeri dekat rumah mereka, yang bisa dibilang SMP Iqbaal dulu.
Sebenarnya bunda sudah ingin melanjutkan studinya untuk menjadi pegawai negeri, tapi biaya untuk melanjutkan studinya itu masih di tunda beberapa tahun, hingga saat ini. Kalau kata Iqbaal sih "keburu bunda pensiun kali kalo nunggu Iqbaal lulus." Iqbaal ada benarnya, tapi ayah lebih  menyuruh bunda untuk pensiun, bunda tetaplah bunda dia tentu saja menolak.

Ayah turut bergabung sekarang, tapi bukan memakai pakaian khas kantor, melainkan kaos partai dengan kolor, sangat berbeda dengan hari hari kerja biasanya. "Lah? Ayah gak kerja?" Tanya Iqbaal.

Bunda dan ayah saling melirik, membuat Iqbaal sedikit bingung, "o-oh ayah berangkat siang, soalnya kantor buka siang. Ya kan Yah?!" Ayah terlihat panik, "oh Iyah! Gak tau tuh atasan ayah, aneh banget." Iqbaal hanya mengangguk mengerti.

"Kalo gitu, bisa dong mobilnya Iqbaal pake?"

Ayah semakin panik, "mobil?! Mobil di bengkel sayang, kamu gak tau?" Jawab bunda lagi. "Aneh deh.." pikir Iqbaal.

"Yah.. padahal mau pake, yaudah deh, Iqbaal berangkat dulu ya? Assalamualaikum." Anak itu mengecup kedua tangan orang tuanya, kemudian keluar dari rumah.

Seketika Ayah dan bunda merasa lega.

"Gimana nih kalo Iqbaal nanyain mobil lagi?" Tanya ayah khawatir. "Jawab aja di bengkel, Iqbaal bukan anak yang maksa yah, dia pasti ngerti kok." Ayah diam dengan raut wajah takut.

"Interview kemarin gimana Yah?" Tanya bunda.

"Ya gitu deh Bun, ayah gak berharap banyak kayak sebelum sebelumnya." Bunda duduk sambil menghela nafas panjang. "Uang buat Iqbaal masuk universitas masih aman kan bund?"

"Aman, ayah tenang aja."

"Maaf ya Bund, kita harus ngalamin kesulitan kayak gini.." bunda mengelus lembut tangan ayah, "gapapa yah, dalam keluarga kan emang gak selalu senang, pasti ada ombang ambingnya. Asal sama ayah dan Iqbaal, bunda seneng selalu kok."

Dari teras Iqbaal meremas kunci motornya, awalnya ia berbalik karena kunci motornya itu hilang entah dimana, tapi saat masuk kembali anak itu justru mendengarkan percakapan orang tuanya.

Hatinya serasa di remas kuat, hatinya terasa sakit. Bahkan bisa bisanya ia menanyakan hal bodoh seperti tadi? Tentang mobil. Pantas saja  halaman depan rumah tampak kosong akhir akhir ini, tanpa mobil milik ayahnya yang terparkir di depan rumahnya

More Than GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang