Es krim dan Indomaret

103 28 2
                                    

Makan es krim di depan Indomaret memang another level is wenakkkk pollll alias tiada tandingannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makan es krim di depan Indomaret memang another level is wenakkkk pollll alias tiada tandingannya.

Sore ini misalnya, Rara dan Jojo bersekutu lagi. Dari desas-desus yang beredar, Jojo sedang mendekati perempuan di sekolah nya, pikir Rara, udah biarin, cinta monyet doang!

Dari informan terpercayanya, Haris Hartono—teman Jojo, katanya sore ini mereka akan joging di jalanan komplek. dengan otak liciknya Rara menyusun strategi.

Singkatnya seperti ini, "terserah sih, kalo elo mau gue aduin ke mama sama papa bahwa anak bontotnya yang masih SMP udah pacaran~"

Jojo menurut begitu saja!

Dan sekarang Rara berakhir tertawa keras dengan Iqbaal, membayangkan ekspresi canggung adiknya dengan perempuan yang di gebet. Ceilahhh ( ´◡‿◡')

"Wahh gilak Jojo udah bukan anak kecil yang minta di cebokin.." Rara bergumam dengan nada di sedih sedihkan. "Kamu tuh ya.. ck ck ck." Iqbaal berdecak sambil geleng-geleng.

"Tapi bagus sih, biar dia belajar dan bisa tau mana cewek yang asli suka sama dia—bukan suka uangnya doang." Rara mengigit es krim terakhir.

"Emangnya pernah?" Tanya Iqbaal.

"Dihhh, cewek jaman sekarang tuh mata duitan tau. Makanya kudu ati-ati."

"Kamu mata duitan nggak?" Iqbaal bertanya lagi sambil terkikik. "Ngapain? Duit aku banyak." Rara mendengus. 

"Sombongnya..."

"Yang penting kan sayang kamuuuu." Rara membuang stik es krim nya, kemudian memeluk lengan Iqbaal erat. Anak itu tersenyum sambil menatap mata Iqbaal. Rasanya ingin sekali bercerita tentang apa yang papa dan dirinya bicarakan kemarin, tapi melihat sorot bahagia di mata Iqbaal, Rara justru tidak tega.

Bagaimana rasanya, ketika Iqbaal sudah berjuang mati-matian, lalu Rara membawa berita buruk tentang tunangan-tunangan sialan itu!

Itu seperti mematahkan tulang kering Iqbaal. Sakit banget.

"Cemong banget deh kamu," Iqbaal mengelap ujung bibir Rara dengan jempolnya.

Dua tahun bersama Iqbaal, rasanya anak itu masih merasakan hal yang sama ketika keduanya berdekatan begini, jantungnya berdegup kencang.

"Nanti kalo jantung kamu udah nggak deg deg-an lagi pas deket sama aku, bilang ya?" Suara berat dan lembut Iqbaal rasanya seperti menusuk ulu hatinya. "Kenapa?"

"Biar aku tau, apa yang harus aku lakuin selanjutnya."

Sore itu berakhir dengan keterdiaman Rara perihal jantung yang udah nggak berdetak lagi.

Apa Rara sekarang berfikir kalau ia mulai meragukan perasaannya terhadap Iqbaal?

Tidaklah... Tidak mungkin, baru saja tadi Rara merasakan jantung yang mau copot dari tempatnya. Rara tersenyum tenang.

More Than GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang