Jadi orang besar itu...

88 23 0
                                    

"Jadi orang besar itu ada enak dan nggak enaknya, Bang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi orang besar itu ada enak dan nggak enaknya, Bang. Di usia muda kayak kamu, yang kamu pinginin apa? Jadi besar, biar bisa gapai cita-cita kamu, biar bisa nakal? Iyakan? Nyatanya besar nggak selalu enak. Jadi besar itu.. sakit."

Dari tahunan silam, Iqbaal akhirnya mengerti arti 'sakit' itu apa.

Sakit tentang bagaimana ia selalu mengecewakan.

Sakit tentang kenapa ia selalu memendam semuanya sendiri.

Sakit mengapa ia begitu bodoh.

Ayah benar. Jadi besar itu sakit.

"Baal.." Iqbaal merasakan seseorang menepuk pundaknya, suara perempuan yang ia kenal.

"Iqbaal, itu lo kan?" Iqbaal kacau, Iqbaal malu untuk menampakkan wajahnya di depan seseorang yang Rara kenal. "Jangan gini Baal, Rara sakit liat lo kayak gini."

"Gue salah, Kay... Gue goblok banget..."

"Duduk yang bener, liat gue, liat mata gue Baal—hei," Iqbaal justru menumpahkan tangisnya di pundak Kayla, semakin deras rasanya. Sepertinya lega ketika Iqbaal bisa menangis tanpa tahu malu, tanpa tahu gengsi.

Iqbaal lega ketika tangisnya di ketahui oleh orang lain.

Kayla diam terpaku. Seumur umur gadis itu mengenal Iqbaal, baru kali ini ia melihat Iqbaal begitu hancur, terlihat sedih dengan rasa bersalahnya.

"Rara nggak pergi Baal."

Iqbaal melepaskan pelukannya.

"H..ha?"

"Rara nggak pergi. Pesawat yang seharusnya dia tumpangi siang ini di delay sampe besok." Iqbaal mendengus, "mau sekarang, besok atau kapanpun Rara bakalan pergi juga, Kay."

"Setidaknya lo masih punya kesempatan buat ketemu dia." Kayla menatap Iqbaal intens. "Kalau lo benar-benar kenal sama Rara, harusnya lo tau tipe dia gimana."

Kerutan di dahi Iqbaal muncul.

"Rara cuma nggak suka cowo pengecut, apalagi lari dari tanggungjawab."

💐

Bip..

"...p-papa jahat banget."

"Kenapa? Apa yang salah."

"Nyuruh aku ngebohongin bang Iqbaal dan papa masih nggak merasa bersalah?! Pa, papa sadar nggak sih?"

"Sadar, 100% malah. Udah kamu diem aja anak kecil nggak tau apa apa." Setelah itu papa hanya berlalu dari hadapan Jojo tanpa sepatah kata lagi.

Benar-benar berjalan,

...seolah tindakannya tadi, bukanlah apa-apa.

 Kalau dia adalah kakaknya, mungkin Jojo akan memberontak dan membangkang, sampai papa menuruti—sampai papa menyerah.

Karena ketika papa melawan Rara, sama saja ketika ia melawan dirinya sendiri.

Tapi dia Jojo. Hanya diam ketika masalah menerpa, seolah yang barusan terjadi bukanlah apa-apa. Jojo benci ketika dirinya seolah dia tidak mau tau dengan sekitar, terkesan cuek dan diam. Padahal Jojo hanya tidak tahu bagaimana cara menyikapinya—bagaimana caranya dia bisa mengungkapkannya.

Jojo tidak tahu.

"Jojo! Makan siang nak!"

Anak itu tersadar ketika suara mama memenuhi gendang telinganya. Tanpa berkata apa-apa, Jojo segera menyeret langkah menuju ruang makan.

Di meja makan anak itu menemukan papa dan kakaknya yang sudah lebih dulu duduk. saling berhadapan, namun juga saling diam. Papa hanya melirik Jojo yang duduk di depannya.

"Hari ini kamu cek kandungan  ya, kak?" itu mama, sambil meletakan sepiring ayam kecap di meja.

Papa yang diam diam menyimak tiba-tiba berdehem. mengkode supaya tidak membahasnya di meja makan. 

"emm.. iya." jawab Rara.

"Kalo gitu, nanti sore kita ke rumah sakit ya?"

Rara tersenyum dan mengangguk pelan, di saat saat seperti ini. Dukungan mama dan Jojo rasanya sudah cukup.

💐

"Muka nya Iqbaal kayak nggak punya muka gitu dah."

"Maksud nya gimana tuh, Bell?"

"Ya gitu, liat aja lemes mulu."

Iqbaal hanya diam. Anak itu menangkup wajahnya dengan tangan, kemudian menyugar rambutnya. Merasa pusing.

Ini sudah hari ketiga setelah Iqbaal merasa benar-benar kehilangan Rara. Sekarang, Jojo bahkan tidak pernah bisa dihubungi. Apa ini artinya Rara benar-benar meninggalkan nya?

Apa Rara melepas semuanya setelah apa yang mereka perjuangkan sampai hari ini?

Apa Rara sengaja membuat dirinya merasa menjadi cowok brengsek dan tidak bertanggungjawab?

"Udah dong. Galau mulu. Sepet gue liat muka lo gitu terus, Baal."

Kini Bella bergegas bangkit dan duduk di sebelah Iqbaal, "eh, nanti gue mau ke rumah Rara. Nanti kita Video Call deh ke elo." Zahra mengangguk setelah mencomot cimol terakhir di tangan Abhim.

"Sttt kalian jangan keras-keras bilang nama Rara. Nanti mereka pada curiga." Marvel menunjuk circle Clea yang berkumpul sedikit dekat dengan tempat mereka dengan dagu nya.

Sampai mereka sibuk dengan obrolan masing-masing. Iqbaal diam-diam berfikir.

Ia baru ingat, kalau hari ini Minggu pertama bulan September, artinya ada kemungkinan Rara check up kandungan hari ini.

Karena Rara, tidak pernah telat untuk check up kandungan.

💐

GuysssㅠOㅠ sumpah kesel banget sama Wattpad!!! Masa aku udah nulis kan dariiii jauh hari jadi nanti pas jadwalnya update tinggal update gitu. ehhhh tau nggak sih?!?! Ilang dong ya Allah.. pas aku cari revisinya bener-bener hilang... Pas itu udah emosi jadi writing block banget deh gak mood nulis. Maaf ya yang udah menunggu😔 habis ini double update deh guys soalnya hari minggu nanti sibuk. Maaf juga chapter ini dikiiiit bangetttt bayangin story nya cuma 600+  words. Padahal biasanya kalo nggak nyampe 1000 aku gak bakalan mau pub, tapi ini bener-bener frustasi banget😬

To be continue double update nya, bentarrr yaaaa

More Than GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang