Wish you were here

94 25 5
                                    

Kantin hari ini cukup ramai, jadi teruntuk Iqbaal dan kawan-kawan lebih memilih untuk pergi ke warung belakang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kantin hari ini cukup ramai, jadi teruntuk Iqbaal dan kawan-kawan lebih memilih untuk pergi ke warung belakang sekolah.

Asap mengepul di dalam rongga paru-parunya, lalu di hembuskan dengan perlahan melalui mulut dan hidungnya, kemudian bercampur dengan udara panas Jakarta.

Iqbaal bukan tipe perokok berat, anak itu hanya merokok ketika benar-benar stres atau gabut saja. Seperti siang ini, entahlah Iqbaal hanya rindu menghisap berbatang-batang nikotin itu.

Biasanya Rara akan marah saat mengetahui Iqbaal merokok.

Percayalah, sealim-alimnya Iqbaal, laki-laki itu tetap punya dark side tersendiri, setidaknya saat di ajak kating untuk meminum seteguk soju dia tidak norak-norak amat.

"Gue denger lo nggak pernah angkat telpon dari Rara, iya Baal?" Abhim memecah keheningan. Alih-alih menjawab, Iqbaal justru menatap Abhim dengan tatapan aneh—dan tidak bisa dibaca.

"Iya." Jawab nya, enteng sekali.

"Kenapa? Lo tuh jangan bikin cewek lo overthinking Baal, dia sakit sekarang, masuk rumah sakit." Iqbaal menunduk dalam sampai sampai lupa dengan rokok di sela jarinya. "Gue tau,"

"Kenapa? Cerita, ada apa?" Marvel turut khawatir.

"Sekitar seminggu yang lalu, gue ketemu sama bokap nya Rara di depan Indomaret. Dia bilang, Rara mau tunangan, setelah itu Rara bakal pindah ke Singapore." Iqbaal mulai mengeraskan rahangnya. "Kalian tau? Rara bilang dia cuma bakal ke solo, tapi bokap nya bilang ke Singapore, jadi siapa yang harus gue percaya?"

Kedua temannya terdiam.

"Lo marah sama Rara?" Iqbaal mematik rokoknya dengan jari, "enggak, gue juga gak tau kenapa, rasanya gak suka aja teleponan diem diem apalagi pake hp adeknya."

"Rara sampe masuk rumah sakit gara-gara mikirin lo dan lo bilang nggak suka nerima telpon diem diem? Cuma karena itu? Asal lo tau, lo itu ngehamilin anak orang Baal," Marvel mulai emosi sambil menunjuk nunjuk arah rumah Rara. "Lo kenapa sih Baal? Tanggung jawab sama apa yang lo lakuin. Rara itu cuma butuh kabar dari lo, kalo dia gak lagi dikurung sama bokap nya, dia juga pasti nyamperin lo. Dengan cara lo ngehindar kaya gini, lo malah kelihatan mau kabur dari tanggung jawab." Atmosfir di sekitarnya mulai berubah, guratan emosi di wajah Marvel cukup membuat Iqbaal mengerti bahwa anak itu sedang tidak main-main.

Iqbaal terdiam cukup lama, ulu hatinya seperti di tusuk dengan ribuan pedang.

Srek!!

Iqbaal berdiri tiba-tiba membuat kursi yang didudukinya ikut terdorong. "Nanti, bawain tas gue."

Hanya sepatah kalimat itu, Iqbaal bangkit menuju motornya terparkir di dekat warung. tak peduli dengan teriakan Abhim dan Marvel yang memanggil-manggil namanya. Marvel benar, dengan cara seperti ini ia akan terlihat seperti kabur dan lari dari tanggungjawab.

More Than GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang