Dunia seperti berhenti berputar saat seseorang mencoba menerobos masuk di sela pangkal pahanya untuk mengambil mahkota yang ia jaga selama 19 tahun ini.
Freya sapaan akrab wanita itu. Ia memejamkan mata erat-erat dengan kedua tangan yang meremas kuat bantal di bawah kepalanya.
Freya tidak boleh lemah. Apalagi sampai meneteskan air mata. Bukankah ini pilihannya? Kalau saja ia berani bersuara dan menolak segala perjodohan yang diatur oleh pamannya, mungkin Freya tidak akan berada di sini.
Lama Freya merasakan sakit yang menerpa pangkal pahanya hingga erangan serak nan dalam seorang pria membuatnya menahan napas. Setetes bulir bening berhasil lolos dari sudut matanya.
"Sial. Lo perawan," ujar pria itu dengan nada terkejut dan juga takjub.
Freya membuka mata, lalu menatap pria di atasnya. Pria yang sejak pagi tadi sah menjadi suaminya. Pria yang selama ini bahkan tidak mengenal Freya meski mereka berada di kampus dan kelas yang sama.
"Pelan-pelan," cicit Freya dengan takut.
"Jangan nangis. Habis ini gue jamin lo bakal ketagihan. Bercinta itu enak," kekeh pria itu dengan sumringah.
Freya menggigit bibir. Ia tidak bisa bersuara untuk menjelaskan kesakitannya. Apalagi ia melakukannya tanpa pemanasan terlebih dahulu. Pria itu memasukinya tanpa memberikan Freya waktu untuk terbiasa.
Hanya bermodal cumbuan di beberapa bagian tubuh atasnya, Freya belum merasakan apa itu namanya terangsang dan bergairah. Karena selama pria itu melakukan aksinya mencumbu, Freya seolah membeku. Otaknya berpikir ke berbagai masalah ke depannya.
"Lo desahin nama gue," titah pria di atas tubuh Freya.
Freya menggeleng pelan. Tubuhnya mulai terguncang karena pria itu menarik diri, lalu menekan cukup kuat miliknya. Freya ingin menjeritkan kesakitannya, tapi ia tidak berani bersuara.
Mungkin pria itu tidak mengenal Freya. Tapi Freya mengenal pria itu. Pria kasar, nakal dan juga playboy. Freya mendengar sepak terjang pria itu selama hampir 1 tahun kuliah di tempat yang sama.
Siapa yang sangka kalau Freya malah terjebak dengan pria yang selalu ia do'akan tidak akan pernah terlibat dengannya.
"Shit, gue gak puas kalau begini doang," gumam pria itu sebelum menarik lepas bra hitam berenda yang Freya kenakan.
Freya kembali memejamkan mata. Ia takut untuk melihat apa yang akan pria itu lakukan pada tubuhnya. Pangkal pahanya masih sangat sakit saat pria itu kini menggerakkan pinggulnya menghentak dengan brutal.
"Gue gak tahu kalau tubuh kecil kayak lo punya dada montok kayak gini," decak pria itu dengan tatapan lapar pada kedua payudara Freya yang terpampang bebas di depan matanya.
"Buka mata lo, tatap gue. Buruan!"
Freya membuka mata dengan takut-takut. Ia menatap mata pria itu. Hanya beberapa detik. Karena setelahnya mata Freya membelalak saat sebelah payudaranya terasa hangat dan basah.
Pria itu menghisap payudara kanan Freya yang lebih berisi. Entah kenapa ia memiliki ukuran payudara yang berbeda. Yang kiri sedikit lebih kecil. Berbeda dengan yang kanan yang lebih padat berisi.
"Gila. Punya bini montok begini bisa bikin gue horny setiap waktu," gumamnya yang tidak terlalu Freya dengar.
"Nghh..."
Freya sontak menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Suara apa itu? Apa itu suaranya? Kenapa terdengar aneh dan... menjijikkan?
"Gue suka lenguhan lembut lo," bisik pria itu sambil terus menghisap dengan rakus payudara Freya bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...