Chapter 15. Rasa cemburu

535 59 6
                                    

▪️I'll be Your Man▪️

Homo area. Mohon bijaklah membaca. Bukan area homopobic. Homophobia jangan protes, jika tidak suka jangan dibaca.
.
.
.
Wattpad : @GM_denmple
.
.
.

Happy Reading
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
"Bagaimana bisa?"

Seokjin menggeleng tak tahu. "Aku tidak tau. Aku jemput di sekolahnya, guru Seunghoon bilang dia sudah pulang dengan pria dewasa."

"Siapa?" Seokjin menggeleng lagi sambil pipinya dialiri liquid segar.

"Aku ingin bertanya pada Hoseok. Tapi dia tidak di rumah. Aku ingin menelpon tapi tidak punya kontaknya."

"Lalu kenapa tidak menelponku?!" bentak Taehyung marah. Seokjin semakin menangis.

"Aku pikir kau mungkin tidak akan peduli."

Taehyung memijat pelipisnya. Sejujurnya dia geram pada Seokjin, pria itu benar-benar egois sekali. "Sudah, tenanglah. Jangan menangis! Seunghoon tidak akan kembali walau kau menangis di sini. Aku akan telpon Hoseok. Sebentar."

Seokjin menahan air matanya. Ia hanya memperhatikan Taehyung dari seberang rumah dengan pagar yang setinggi dada orang dewasa itu. Taehyung juga dilanda gelisah. Apalagi Hoseok tak langsung menjawab telponnya membuat Kim Taehyung semakin cemas.

Kim Taehyung, dia masih sayang pada Seunghoon, bahkan sangat. Sejujurnya bertindak egois saat ini sungguh menyiksa batinnya. Lebih menyiksa daripada setahun lalu ia dibenci Seokjin. Bersikap dingin pada Seunghoon adalah hal paling menyakitkan, apalagi ketika melihat putra manisnya cemberut sedih. Sungguh hati Taehyung sakit, tapi dikembalikan pada fakta; Seokjin benci dia, benci dia yang begitu dekat pada Seunghoon sehingga dianggap mencuci otak anak polos itu.

"Dia tidak mengangkat." Keduanya semakin khawatir. Tak berselang lama telepon Taehyung berdering gantian. Si penelepon adalah Hoseok, jadi dia segera angkat.

"Halo, Hyung?"

"Ya, ada apa?" jawab seseorang dari seberang telepon. Seokjin sedikit mendengar percakapan sebab Taehyung memakai pengeras suara.

"Hyung, apa kau yang jemput Seunghoon?"

"Haaa? Tidak. Kenapa?" Nada kaget terdengar dari seberang.

"Serius, Hyung? Aku mohon jangan berbohong."

"Kau pikir aku apa, sampai harus berbohong padamu?!" Hoseok membentak di seberang telepon. Seokjin kembali berjongkok bahkan nyaris duduk. Rasanya kakinya sudah sangat lemas mendengar kabar anaknya menghilang.

"Memangnya Hyung di mana sekarang? Apa tidak bisa pulang? Kami kehilangan Seunghoon, aku mohon bantu aku mencarinya."

"Maaf, Tae, tapi aku sedang bersama klien. Ini juga aku terpaksa jawab karena kau menelpon berkali-kali," tolak Hoseok secara halus dan sopan.

"Sudah dulu ya, Tae. Sebaiknya laporlah ke polisi."

"Mana bisa. Polisi hanya akan mencari setelah 24 jam menghilang. Hyung, hanya kau yang bisa membantuku."

"Ya baiklah, akan kusegerakan pulang cepat. Aku tutup dulu."

Hoseok menutup sambungan dan menyimpannya ke dalam saku celananya. Ia menghirup udara di sekitar taman yang sejuk, sebab cuaca agak mendung hari ini. Anginnya begitu dingin dan sejuk. "Kalian menyayangi Seunghoon, tapi terus bertengkar seperti anak kecil. Apa hanya kalian yang tidak memiliki hubungan harmonis?" tanya Hoseok pada angin lalu.

Pandangan Hoseok jatuh pada sosok mungil yang tengah bermain sepeda di taman sana. Ia tersenyum. "Kasihan sekali kau anak manis. Masih kecil sudah menghadapi broken home? Baiklah, haruskah kita buat mereka dekat?" Hoseok tersenyum dan menghampiri anak manis itu.

I'll Be Your Man [TAEJIN] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang