Chapter 4

102 20 173
                                    

Dua minggu kemudian...

Edgar menoleh ketika mendengar suara pintu di ruangannya terbuka dan pria itu menghembuskan napas kasar ketika melihat seorang wanita tinggi berambut pirang sebahu kini melangkah mendekat ke arah mejanya disertai senyuman nakal.

"Hai sayang, merindukanku?" tanyanya seraya terduduk di atas meja dan sengaja membuka kedua kakinya yang terbaluti dress merah ketat setengah paha.

"Katty, bukankah kita sudah membahas semuanya?"

"Semua? Oh sayang, aku sudah kecanduan dengan penis besarmu." ucap wanita tersebut mengedipkan mata genit dan menggigit jari telunjuknya disertai seringaian nakal sambil memperhatikan Edgar yang kini bangkit lalu melangkah mundur untuk sedikit menjauh.

"Ini salah Katty, kita tak bisa terus melakukan semua ini."

"Edgar sayang," ucapnya beralih turun dari meja lalu menarik lepas jas putih kedokteran yang membalut tubuh atasnya dan melangkah mendekat ke arah si mata hijau yang kini menunduk menatapnya kurang suka.

"Aku tidak mau Katty, aku tak mau Roddie marah." tolaknya ketika wanita itu meletakkan telunjuk di atas bibirnya lalu mendorong tubuhnya hingga kini dia bersandar pada meja.

"Ayolah, selagi istrimu tak tahu kita akan tetap aman." ucap Katty membisikkan kalimat akhir tepat di depan telinga si mata hijau lalu memaksa tangan pria tersebut agar bergerak memeluk pinggulnya erat.

"Katty..."

Pria itu tak mampu menolak ketika wanita tersebut meremas kejantanannya yang masih terbaluti pakaian lengkap dan mengeratkan pelukan ketika bibir mereka telah bertemu untuk saling melumat kasar.

"Kuharap ini yang terakhir."

"Aku tak yakin." bisik Katty menggigit bibir Edgar nakal dan langsung tersenyum miring ketika tubuhnya di angkat untuk terduduk di atas meja lalu menaikkan kedua kaki agar pria tersebut dapat langsung melihat kelaminnya yang ternyata sudah tak terbaluti celana dalam.

"Sial."

"Ayo Edgar, aku sudah siap." ucapnya meletakkan kedua telapak tangan di atas meja dan tersenyum puas ketika melihat pria tersebut bergerak tergesa-gesa untuk menurunkan celananya.

***

Suara gagak terdengar mengisi heningnya kawasan hutan yang telah gelap pada malam hari tersebut dan cahaya gemerlap dari terangnya kobaran api yang menyala di halaman rumah menjadi pusat perhatian Rodella yang kini tengah menikmati rokok miliknya sambil terduduk di atas kursi teras.

Sebuah bangunan rumah sederhana dengan bahan kayu yang begitu terawat tak di sangka benar-benar terletak di dalam hutan dan menjadi satu-satunya tempat peristirahatan Rodella yang kini hanya dapat termenung memikirkan berbagai hal di otaknya.

"Roddie?"

Suara lembut tersebut mengalihkan pandangan gadis tersebut yang kini menoleh menemukan Rachel yang telah berpakaian rapi dengan satu ransel hitam yang tersampir di kedua bahunya.

"Kita tak boleh gagal malam ini."

"Aku tak peduli karena kali ini aku benar-benar akan berhenti. Maaf Roddie, aku harus segera pulang ke rumah." ucapnya terlihat begitu kesal dan serius dalam perkataannya lalu melangkah mendekati sebuah mobil kuno yang terparkir di dekat rumah.

"Kau yakin Rachel?" tanya Rodella kepalang santai seraya beringsut berdiri dan bersandar pada pilar kayu sambil mengepulkan asap rokok dari dalam mulutnya. Memperhatikan wajah kurang yakin Rachel yang masih berdiri di samping pintu mobil yang terbuka.

INSANE [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang