Mendengar suara sirine polisi yang mendadak berhenti di dekat rumahnya membuat Edgar langsung menoleh pada Philips dengan kedua mata membulat kaget dan langsung bangkit untuk mencengkeram erat kaus adiknya.
"Apa yang kau lakukan berengsek! Kenapa kau membawa polisi?!" bentaknya setenga berbisik dan mulai merasakan cemas berlebihan mengingat nasib istrinya sendiri jika harus di jebloskan ke dalam penjara.
"Edgar tenang, kami hanya butuh bukti untuk memastikan apakah Rodella bersalah atau tidak."
"Kau harusnya terlebih dahulu bertanya padaku! Rodella istriku, berengsek! Kau tau betapa berartinya dia dalam hidupku!" bentaknya lagi dengan suara tercekat dan tubuhnya langsung di dorong kasar oleh Philips.
"Tenangkan dirimu, kami hanya butuh pengakuan jujur dari Rodella." ucapnya sembari memperbaiki letak pakaiannya lalu melangkah mendekati pintu untuk membukanya. Mempersilakan masuk kepada kedua polisi yang baru sampai di teras rumah.
"Selamat malam, Tuan Philips."
"Malam, silakan masuk." ucapnya tersenyum ramah dan membiarkan dua polisi itu melangkah memasuki rumah dengan pandangan yang beralih pada sosok Edgar yang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras menahan emosi.
"Tuan Edgar---"
"Aku tak tahu apapun tentang kasus istriku." potongnya dengan cepat yang mana hal tersebut berhasil membuat kedua polisi saling menoleh dengan wajah bingung sekaligus curiga.
"Kami hanya ingin bertemu dengan nona Rodella untuk memastikan apakah tuduhan Tuan Philips terbukti bersalah atau tidak. Jadi---"
"Aku akan memanggilnya kemari." ucapnya kembali memotong perkataan si polisi lalu melangkah pergi meninggalkan ruang tamu dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Pria itu bahkan berkali-kali berdoa untuk mengharapkan jika Rodella mungkin hanyalah korban dari tuduhan para kriminal.
Saat menaiki undakan tangga pria itu menghentikan langkah ketika mendengar suara pintu yang tertutup dari lantai bawah. Dia menggelengkan kepalanya pelan merasa tak fokus lalu kembali lanjut berjalan menuju lantai atas.
Masuk ke dalam kamar dan terdiam ketika tak menemukan siapapun di dalam sana yang mana hal tersebut berhasil membuat kepanikan mulai melanda. Kedua kakinya bergerak cepat memeriksa kamar mandi juga balkon. Namun sayang, pria itu sama sekali tak menemukan Rodella di dalam kamar.
"Oh sial," umpatnya mulai merasa cemas dan menoleh pada laci nakas yang sedikit terbuka. Bergerak mendekat lalu meraih dompet hitam miliknya yang telah terbuka. Sudah dapat ditebak jila Rodella memang telah lebih dahulu pergi dengan beberapa lembar uangnya.
"Edgar?"
Pria itu berbalik menemukan Philips yang melangkah masuk dengan pandangan yang turun pada dompet milik Edgar yang pemiliknya lempar asal ke atas kasur sebelum berlari keluar dari dalam kamar.
"Rodella, kuharap mereka tak berhasil menangkapmu." bisiknya dengan kedua mata berkaca-kaca sebelum melangkah cepat ke lorong di bawah tangga dan terdiam ketika menemukan kunci pintu belakang yang tergantung di lubangnya.
Semuanya sudah jelas, Roddie telah berhasil kabur dan meninggalkannya. Sekarang Edgar berpikir, inikah akhir dari pernikahannya? Hanya karena tuduhan tak jelas si berengsek Philips.
"Sialan, gadis itu kabur?!" sahut Philips yang menyusul bersama kedua polisi di belakang tubuh Edgar yang melemas dengan kepala tertunduk. Menjatuhkan air mata merasakan kehilangan dari sosok orang yang sangat berarti di dalam hidupnya.
"Kami akan mengejar." ucap Paul selaku polisi yang sedang bertugas sebelum berlari keluar menyusul Rodella bersama temannya melalui pintu belakang. Meninggalkan Edgar yang kini menoleh dengan kedua mata memerah pada Philips.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE [H.S]
Mystery / ThrillerRodella Morris, gadis cantik dengan kehidupan sederhananya rupanya mampu membuat sosok Edgar yang bekerja sebagai seorang dokter terkesan akan keramahannya. Siapa sangka jika pertemuan singkat itu justru membuat Edgar tak lagi berpikir dan segera me...