Kening Edgar mengernyit bingung ketika merasakan kepalanya yang cukup terasa pening dengan pandangan yang gelap. Bahkan tubuhnya yang terduduk langsung terasa kaku saat merasakan sebuah tali yng mengikat cukup kuat bagian pergelangan tangan juga kedua kakinya.
"Sial, apa yang kau lakukan?!" jeritnya memberontak tanpa dapat melihat apapun yang mana hal tersebut berhasil membuat Rodella hanya terkekeh sambil menikmati pizza yang berada di tangan kanannya.
"Santai sayang, aku tak akan menyakitimu."
"Omong kosong! Lepaskan aku!" Rodella menghembuskan napas kasar mendengar teriakan itu lalu bersandar pada sofa sebelum menghabiskan potongan pizza yang ia masukkan ke dalam mulutnya.
Menghisap ketiga jarinya secara bergantian sambil memperhatikan betapa panasnya keadaan Edgar saat ini. Tak dapat bergerak dan tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi. Sama persis seperti apa yang pernah dirinya rasakan ketika mereka tengah bercinta.
"Bagaimana perasaanmu? Aku juga pernah merasakan keadaanmu itu ketika kau menyetubuhiku. Tak ingat?" tanya Rodella memperhatikan jakun Edgar yang bergerak naik turun. Menandakan jika dia memang tengah menelan ludahnya secara perlahan.
"Lepaskan aku." balasnya pelan dan terdengar sudah menyerah akan keadaan, membiarkan sosok Rodella yang kini mendekat bergerak membelai lembut salah satu pipinya yang basah.
"Bukankah kau mencintaiku, sayang?" tanya Roddie beralih mengelus lembut bibir bawah Edgar sebelum bergerak mendekat untuk memagutnya. Tak mempedulikan kediaman pria tersebut yang sama sekali tak berniat untuk membalas ciumanannya.
Membuat Rodella melepaskan pagutannya lalu bergerak menangkup kedua pipi basah Edgar dengan begitu hati-hati, seolah ia tak mau sedikit pun menyakiti satu-satunya sosok pria yang sangat dirinya cintai dan miliki itu.
"Katakan jika kau mencintaiku." bisiknya tersenyum percaya diri sebelum senyuman tersebut meluntur ketika mendapatkan gelengan kepala dari Edgar.
"Tidak."
Rahangnya mengeras, giginya saling bergesek merasakan emosi yang mulai kembali mengendalikan akal sehatnya. Tubuh Edgar bahkan langsung menegang ketika untuk pertama kalinya dia mendapatkan tamparan yang sangat keras dari Rodella.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya tak percaya sebelum kembali mendapatkan tamparan di pipi yang sama hingga pipinya memerah juga sudut bibirnya yang kini terasa perih karena berdarah.
"Dengar Edgar, aku telah kehilangan semuanya dan kupastikan aku tidak akan pernah kehilanganmu." bisiknya dengan penuh penekanan yang mana hal tersebut berhasil membuat Edgar terdiam dengan kening berkerut.
Rodella menghembuskan napas kasar lalu melangkah mundur dan menunduk menatap lantai kayu dengan kedua tangan terkepal kuat. Lalu mendongak menatap sudut bibir suaminya yang terluka.
"Aku mencintaimu Edgar, semua yang kulakukan hanya untukmu. Aku... Aku tidak mau siapapun mengganggumu karena kau hanya milikku. Kau dengar itu? Hanya aku yang boleh memilikimu!" bentaknya di akhir kalimat dan merasakan kedua matanya yang berkaca-kaca menahan rasa sesak.
"Kau terobsesi, Roddie."
"Dan apa yang salah dengan itu?!" teriaknya mencengkeram kuat kedua bahu Edgar lalu menggigit bibir menahan tangisan sebelum terjatuh di atas lutut dengan wajah yang tenggelam di pangkuan suaminya. "Kau milikku." lanjut Rodella terdengar tak terlalu jelas.
"Pikirkan dirimu sendiri Roddie, aku memang mencintaimu tapi tidak dengan melakukan semua kegilaan dengan membunuh mereka semua."
"Aku melakukannya untukmu! Aku tidak ingin marah padamu dan berakhir menyakitimu karena kau milikku!" teriaknya memukul kuat kedua paha Edgar lalu menangis merasakan kesedihan yang melanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE [H.S]
Mystery / ThrillerRodella Morris, gadis cantik dengan kehidupan sederhananya rupanya mampu membuat sosok Edgar yang bekerja sebagai seorang dokter terkesan akan keramahannya. Siapa sangka jika pertemuan singkat itu justru membuat Edgar tak lagi berpikir dan segera me...