Extra Chapter (END)

103 11 19
                                    

⚠️WARNING⚠️
🔞BERISI SEDIKIT ADEGAN DEWASA🔞

***

Meski sedikit terlambat namun Rodella beruntung karena Leanne bersama suami juga ayahnya telah memberikan pengobatan semaksimal mungkin untuk menolong Edgar. Philips ikut membantu memberikan tumpangan untuk mereka berdua agar tinggal sementara waktu selagi masih dirawat.

Perlatan yang tak terlalu lengkap masih dapat membantu kesembuhan mereka berdua yang terluka parah. Sementara Brooklyn dirawat oleh Rachel dan sama sekali tak menolak ajakan bibinya.

Di lain tempat Rodella sedikit meringis saat Philips mengencangkan lilitan kain kasa pada luka di bahunya dan wanita itu mengalihkan pandangan pada sosok Rachel yang tengah bermain di halaman rumah.

Wanita itu menoleh pada Philips yang kini membereskan peralatannya ke dalam kotak P3K dan Rodella tersenyum tipis ketika pria tersebut menangkap basah dirinya yang sedang memperhatikan entah mengapa.

"Terimakasih banyak Philips, aku sangat berutang budi padamu." ucapnya yang berhasil membuat Philips terkekeh seraya terduduk di atas sofa ruang tengah di seberang Rodella.

"Roddie, kau kakakku." ucap Philips yang berhasil membuat wanita itu terdiam dengan kedua mata yang berkaca-kaca menahan tangisan.

"Terkadang aku bingung, mengapa Tuhan selalu menyelamatkanku. Kau tau Philips? Aku sangat berutang karena dapat menemukan pria baik seperti kau dan Edgar. Tak pernah menyangka jika sampai saat ini aku masih menjadi bagian dari keluarga kalian." ucap Rodella terdengar begitu pelan dan lirih.

"Karena Tuhan tau jika kau masih punya hati, Roddie. Kita tak tau apa yang Tuhan inginkan, tapi teruslah untuk tetap berada di jalan yang benar. Kau pasti bisa berubah." Rodella hanya mengangguk lemah dengan kepala tertunduk memandang lantai kamar.

"Kupikir kami akan mati pada malam itu dan bahkan tak lagi mempedulikan Brooklyn yang berada di pelukan kami. Tapi beruntung kalian semua dengan cepat datang untuk membantu." ucap Roddie menahan air matanya dan kini Philips dapat merasakan jika wanita itu telah benar-benar menjadi sangat dewasa sekarang.

"Aku akan mengecek keadaan Edgar." ucap wanita itu yang dibalas anggukan oleh Philips, memperhatikan sosok Rodella yang menghilang di balik pintu kamar yang ditutup.

Kini Rodella berdiri di balik pintu kamar sambil menunduk mengelap kedua pipinya yang basah lalu menoleh menemukan sosok Edgar yang telah bersandar pada kepala ranjang sambil melambaikan tangan padanya disertai senyuman.

"Oh Tuhan, Edgar?!" pekiknya terlihat begitu senang sebelum melompat ke atas kasur dan memeluk tubuh pria tersebut yang membalasnya tak kalah erat. "Aku sangat senang, kupikir kau tak akan selamat malam itu." lanjut Rodella kembali menahan tangis.

"Aku di sini, jangan lagi menangis." bisik Edgar seraya memberikan kecupan hangat pada pipi Rodella yang basah oleh air mata dan sebelah tangannya bergerak mengelus lembut punggung wanita itu dengan penuh perasaan. "Kita harus segera pindah, Roddie." lanjutnya yang berhasil membuat wanita tersebut melepaskan pelukannya.

"Itu rumah peninggalan orang tuamu, kita harus menjaganya."

"Tapi nyawa kita terancam dan aku hanya takut hal bahaya akan kembali datang setelah ini." ucap Edgar seraya menangkup lembut kedua pipi tirus milik Rodella yang kini terdiam tak mampu mengatakan apapun.

"Kita sudah hampir 5 tahun di sana dan kita tidak akan semudah itu untuk mendapatkan tempat yang lebih aman." balasnya yang berhasil membuat pria tersebut terdiam.

"Aku takut Roddie, aku takut kehilanganmu dan putraku." bisiknya yang berhasil membuat Rodella tersenyum seraya memberikan kecupan yang cukup dalam pada kedua belah bibir berisi milik suaminya.

INSANE [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang