Rodella terdiam memperhatikan sosok Leanne yang baru saja keluar dari dalam minimarket lalu segera melangkah melekat dengan langkah lebar sebelum wanita itu berhasil masuk ke dalam mobil miliknya. Beruntung ia mengenakan kupluk hoodie beserta topi yang sedikit menyamarkan wajahnya yang telah tersebar luas di berita televisi.
Merasakan seseorang menahan lengannya membuat wanita itu berbalik dan terlelalak kaget ketika melihat senyuman miring Rodella yang terlihat seakan begitu mampu untuk membunuh keberaniannya saat ini. Begitu mengintimidasi dan mematikan bahkan hanya dengan tatapan tajam.
"Roddie?"
"Di mana janji sialanmu?" tanyanya setengah berbisik dengan nada tegas yang mana hal itu berhasil membuat wanita tersebut mencoba melepaskan pegangan seraya memutar pandangan untuk mencoba mencari bantuan.
"Aku... Aku sudah mencoba mengatakannya pada Paul."
"Omong kosong, bahkan dia sudah dua kali mengejarku sialan. Kau pikir aku akan percaya setelah ini?" tanyanya mencengkeram kuat lengan Leanne yang semakin menyudutkan punggung pada pintu mobil karena merasa ketakutan.
"Aku akan membujuknya lagi Roddie, kau tidak perlu cemas." ucapnya bergetar dan dapat menghembuskan napas lega ketika gadis itu melepaskan lengannya meski masih menatapnya dengan tatapan tajam.
"Ku tunggu hingga besok pagi, jiga hari ini mereka masih mengejarku... Hidupmu akan berakhir seperti si jalang Katty." ucapnya mengancam dengan penuh kebencian sebelum melenggang pergi meninggalkan sosok Leanne yang segera masuk ke dalam mobil dengan wajah ketakutan.
Selesai mengancam Leanne kini gadis itu tak lagi mempedulikan bangunan kabin miliknya yang telah dikelilingi oleh garis polisi. Hal tersebut tetap membuat Rodella menerobos masuk dan berakhir melempar kasar plastik belanjaannya ke atas meja makan.
Terduduk di kursi lalu merunduk menenggelamkan wajah di kedua telapak tangan sebelum bergerak mencengkeram kuat rambut terurainya. Rodella menghembuskan nafas kasar sebelum mengambil sebuah amplop coklat dari dalam saku hoodienya.
Membukanya lalu terdiam sambil membaca setiap kata perkata bertinta yang tercetak rapi menggunakan alat komputer. Tak lama Rodella menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyuman miring misterius. Seakan ia baru saja mendapatkan ide yang langsung muncul di dalam kepalanya.
Tangannya bergerak melipat kertas tersebut sebelum memasukkannya ke dalam saku celana lalu bangkit untuk melangkah memasuki kawasan lorong. Membuka pintu ruangan miliknya dan rahangnya mengeras ketika seluruh televisi kecil beserta komputer yang menyambung pada CCTV telah hilang entah kemana.
Lantas Rodella beralih mengecek kamar yang masih rapi lalu kembali pada ruangan eksekusi yang berantakan. Kedua lacinya terbuka dan gadis itu sudah dapat menebak jika para polisi sudah terlebih dahulu menyita barang bukti beserta senjata miliknya.
"Berengsek." umpatnya mengepalkan kedua tangan lalu menghembuskan nafas kasar sebelum tubuhnya menegang saat lagi lagi mendengar suara sirine mobil polisi yang mendekat.
"Leanne, lihat apa yang dapat kutunjukkan padamu." gumam Rodella mengeraskan rahang dan sudah merasakan emosinya di ujung tanduk. Ketika hendak keluar gadis itu terbelalak kaget saat mendengar suara pintu depan kabin yang di dobrak.
"Terkutuk." Rodella lagi lagi mengumpat sebelum mengunci ruangan yang dirinya tempati lalu bergerak cepat mendekati jendela untuk mengecek keadaan di luar kabin.
Tak mengetahui sudah ada beberapa anggota polisi yang kini mengepung di bagian depan kabin dengan senjata yang sudah siap untuk menembakkan sang pelaku kejahatan. Bersama Paul yang kini berdiri di depan mobil sambil memegang pengeras suara di tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE [H.S]
Mystery / ThrillerRodella Morris, gadis cantik dengan kehidupan sederhananya rupanya mampu membuat sosok Edgar yang bekerja sebagai seorang dokter terkesan akan keramahannya. Siapa sangka jika pertemuan singkat itu justru membuat Edgar tak lagi berpikir dan segera me...