Berhasil kabur dari polisi kini Rodella menjatuhkan bokongnya di atas tanah dan mengatur napas yang tak beraturan sambil memperhatikan sinar mentari sore yang perlahan mulai turun mengundang bulan untuk menggantikan keindahan langit.
Langit perlahan mulai menggelap dan gadis itu kini merogoh saku celananya lalu menempelkan benda tersebut pada telinga seraya berdehem untuk memperbaiki suaranya yang pasti akan terdengar cukup serak dan melemah.
"Ya, Roddie?"
"Aku butuh bantuan dan tolong bawa pakaian baru. Lokasinya akan aku kirimkan padamu." ucapnya sebelum mematikan sambungan telepon lalu memasukkan benda tersebut ke dalam saku celananya dan bersandar pada pohon.
Suara hewan-hewan asing di dalam hutan juga burung gagak yang berkeliaran sama sekali tak membuat gadis itu merasa takut dan tetap santai sambil memperhatikan beberapa kendaraan di jalan yang dapat ia lihat melalui jejeran-jejeran pohon pinus yang ditanam secara Zig-Zag.
Bau amis di tubuhnya juga luka-luka beserta darah segar yang masih mengalir anehnya sama sekali tak membuat sosok Rodella meringis kesakitan. Justru ia sedari tadi hanya melamun menunggu kehadiran seseorang yang mungkin akan segera datang menolongnya.
Beberapa saat kemudian sebuah mobil hitam tak asing kini berhenti di pinggir jalan dan Rodella beringsut berdiri ketika melihat sosok gadis berambut pirang kini melangkah masuk ke dalam kawasan hutan.
Kedua mata gadis pirang itu langsung terbuka lebar ketika melihat keadaan mengenaskan Rodella yang kini hanya melangkah santai disertai senyuman tipisnya. Berbeda dengan Rachel yang langsung mendekat dan mencengkeram pelan kedua bahunya.
"Roddie, apa yang terjadi?!"
"Cerita yang panjang, akan kuberitahu di mobil saja. Kau membawa pakaian 'kan?" Rachel mengangguk dengan wajah cemasnya dan segera mengikuti langkah gadis tersebut yang kini membawa kedua kakinya mendekati mobil.
Selesai mengganti pakaian juga mengobati lukanya Rodella kini termenung selama di perjalanan setelah menceritakan perihal liciknya sosok Katty yang telah berniat untuk melenyapkan dirinya dengan bantuan orang lain.
"Jadi... Kau akan merencanakan sesuatu?" tanya Rachel memecah keheningan seraya melirik Rodella yang tengah termenung selama beberapa detik sebelum kembali fokus mengendarai mobilnya.
"Tentu saja, akan kubuat jalang itu bertekuk lutut di bawah kakiku." ucap Rodella menekan setiap perkataannya dengan kedua tangan terkepal juga tatapan yang menusuk merasakan gelenyar emosi yang kembali merasukinya.
"Berhati-hatilah, kurasa polisi mulai mencium kasusmu." Roddie hanya bergumam samar sebelum menyandarkan kepala pada kursi dan memejamkan mata. Menunggu mobil tumpangannya sampai di tempat tujuan.
Mobil yang berhenti mengalihkan pandangan Rodella pada si gadis pirang yang kini mematikan mesin mobil lalu menghela napas sambil memperhatikan Roddie yang sedang melepaskan sabuk pengaman.
"Sampai kapan?" tanya Rachel pelan ketika Rodella baru saja hendak membuka pintu mobil yang mana hal tersebut berhasil membuat gadis tersebut terdiam dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Aku tak akan pernah berhenti, Rachel. Terimakasih atas bantuanmu." balasnya sebelum melangkah keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki rumah miliknya yang berada di kawasan komplek perumahan yang cukup sepi pada malam hal tersebut.
Meninggalkan Rachel yang masih memperhatikan sosok Rodella yang hilang di balik pintu rumah. Lantas gadis tersebut segera menyalakan mesin mobil sebelum mengendarai meninggalkan kawasan komplek perumahan.
Rodella menghela napas lelah setelah membersihkan tubuhnya dan terdiam memperhatikan pantulan wajah terlukanya dari cermin meja rias lalu menunduk menemukan goresan-goresan pecahan gelas yang sempat mengenai daerah lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSANE [H.S]
Mystery / ThrillerRodella Morris, gadis cantik dengan kehidupan sederhananya rupanya mampu membuat sosok Edgar yang bekerja sebagai seorang dokter terkesan akan keramahannya. Siapa sangka jika pertemuan singkat itu justru membuat Edgar tak lagi berpikir dan segera me...