Chapter 10

92 13 130
                                    

Sampai di rumah milik Edgar kini Philips segera mengobati luka saudaranya itu beserta beberapa luka lebam yang juga dirinya dapatkan di bagian wajahnya. Beruntung Keduanya merupakan seorang dokter yang mana hal tersebut dapat mempermudah mereka untuk mengobati satu sama lain.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Edgar yang tengah mengecek ponselnya lalu menoleh ketika merasakan seseorang mendekat. Ternyata hanyalah sosok Rodella yang kini menampilkan wajah kaget melihat luka pada wajah suaminya yang sedang terduduk di sofa ruang tengah.

"Oh Tuhan, Edgar! Apa yang terjadi?!" pekiknya panik sebelum melangkah mendekat dan menangkup hati-hati kedua pipi suaminya yang terluka. Hal tersebut berhasil membuat pria itu mengulas senyuman senang.

"Jangan dipikirkan, aku tidak apa." ucap pria itu tersenyum ketika Rodella menarik wajahnya hingga terbenam di bahunya dan pandangan Edgar berhenti pada sosok Philips yang melangkah masuk dengan dua cangkir putih di tangannya.

"Lain kali kau harus hati-hati. Apa lukamu tak parah?"

"Tidak sayang, lukanya tidak parah." balas Edgar membiarkan Rodella beringsut berdiri dan menoleh pada Philips yang kini meletakkan dua cangkir di atas meja ruang tengah dengan beberapa luka di wajahnya.

"Kau juga, Philips?!"

"Tenang saja Roddie, kami baik-baik saja. Tadi aku hanya menemukan dua pencuri yang menyerang suamimu." balas pria tersebut sebelum terduduk di atas meja sebelum menyesap pelan kopi buatannya sendiri.

"Apa Rachel tahu?"

"Tidak, aku akan pulang setelah menghabiskan kopiku." Rodella terdiam sebelum menoleh pada Edgar yang hanya menampilkan senyuman santainya seraya menyesap kopi miliknya.

"Aku akan ke kamar sebentar." ucap Rodella yang mana hal tersebut berhasil membuat Philips melirik sepasang sepatu hitam yang tak asing di ingatannya. Bukankah sepatu itu...

"Philips?"

"Aku pinjam kamar mandimu sebentar." sahut Philips ketika Edgar baru saja memanggilnya dan dia segera melangkah pergi menyusul Rodella yang kini melangkah menaiki undakan tangga.

Sedikit terdiam di depan pintu kamar milik Rodella yang tertutup dan pria itu berjongkok mengambil salah satu sepatu hitam yang pasangannya berada pada rak. Memicingkan mata seakan mencoba mengingat sesuatu di dalam kepalanya.

Ingatannya kembali pada si penembak pencuri yang sempat dia lihat sekitar dua jam yang lalu dan Philips masih tetap kurang yakin melihat kesamaan pada sepasang sepatu hitam yang Rodella kenakan.

Merasa tak ada yang patut dicurigai pada akhirnya Philips memilih untuk melangkah pergi meninggalkan lantai atas untuk kembali menghampiri Edgar yang masih menikmati kopi hitam miliknya di ruang tamu.

Besok paginya semuanya berjalan seperti biasa, bahkan Edgar mengantarkan Rodella ke toko sebelum kembali bekerja dan mengabaikan luka-luka lebam di wajah juga beberapa bagian tubuhnya. Menyadari jika luka tersebut bahkan sama sekali tak mengganggu aktivitasnya.

Sosok Katty yang baru sampai di ruangan miliknya kini terduduk di atas kursi lalu menghela napas kasar seraya mengecek ponsel miliknya dan terdiam saat baru menyadari sebuah kotak kardus kecil yang berada di atas mejanya.

Karena merasa penasaran akhirnya Katty meletakkan ponsel di atas meja dan meraih kotak tersebut dengan kening berkerut merasa penasaran. Baru saja membuka gadis itu langsung menjerit keras bahkan melangkah mundur ketika menemukan sebuah bunga mawar layu yang dilumuri darah segar.

Lagi lagi ketakutannya bertambah ketika menemukan sebuah kertas putih bernoda darah tersempil di bawah bunga mawar. Lantas wanita tersebut dengan segera mengambilnya dan langsung terdiam setelah membaca tulisan di sana.

INSANE [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang