Fairish duduk di depan televisi dengan sebuah toples cookies di pangkuannya. Fairish menoleh dan menepuk tempat kosong di sebelahnya saat mendengar dehaman seseorang.
"Gue mau cerita," kata Fairish.
"Hm?"
"Lo tahu cowok culun yang selalu duduk di depan, kan?"
Freya, teman dekat sekaligus ipar Fairish tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk. Fairish bergerak sedikit merubah posisi duduknya agar berhadapan dengan Freya.
"Dia gak culun. Cuma agak kalem sih menurut gue," ujar Freya berpendapat.
"Sama aja. Culun kek, kalem kek, yang jelas gue udah nembak dia," jelas Fairish.
Freya membelalak. Fairish menyatakan cinta pada lawan jenis lebih dulu? Freya yakin ada yang salah dengan otak iparnya itu. Freya mengulurkan tangan untuk ia tempelkan di kening Fairish.
"Gue sehat anjir," kesal Fairish yang mengerti maksud Freya melakukan itu.
"Lo suka sama dia sejak kapan?" tanya Freya tak habis pikir.
Fairish meringis. Sebenarnya ia tidak menyukai pria kalem seperti teman satu kelasnya tersebut. Hanya saja Fairish benci diabaikan. Dan pria itu berhasil mengusik ketenangan Fairish.
"Gue gak suka. Gue cuma penasaran doang. Cowok kalem kayak dia kalau jadi liar gimana ya?" kekehnya.
Freya mengelus perutnya dengan gelengan kepala mendengar penuturan iparnya tersebut. Bisa-bisanya Fairish ingin mengubah pria kalem seperti Fauzan menjadi pria liar. Mana mungkin.
"Lo tahu gak, tugas Pak Keenan gue sekelompok sama dia. Gak kebetulan sih. Gue yang minta. Dan berkat bantuan Inez juga."
Freya kembali menggelengkan kepalanya. "Jangan sampai ganjen kayak onty ya, Nak," gumamnya cukup keras agar Fairish mendengarnya.
Fairish tidak tersinggung sama sekali. Ia malah terkekeh mendengar Freya berujar demikian ke janin di dalam perutnya.
"Kayaknya ntar berita jadian gue sama Fauzan lebih heboh ketimbang berita lo nikah sama Fero deh," Fairish mulai membayangkan.
"Pokoknya lo jangan aneh-aneh deh, Fai. Fero bisa-bisa murka," kata Freya memperingati.
"Iya, iya, bawel. Tapi, Frey, gue yakin ada yang disembunyiin sama Fauzan deh. Missal nih, sebenarnya dia itu cowok nakal yang cuma berkedok jadi kalem karena sesuatu."
"Gak deh kayaknya. Soalnya sejak awal masuk kampus, terus kita sekelas sama dia, gue lihat gak ada yang mencurigakan dari dia. Fauzan gak ada tingkah aneh atau gimana. Terus cinta lo sama Pak Keenan gimana?"
"Nah, itu dia. Gue sekalian mau bikin Pak Keenan cemburu. Kalau dia emang suka sama gue, dia pasti bakal cemburu kalau nanti di kelas dia gue deket-deket sama Fauzan. Ya, kan?"
Freya mengangkat bahu. Ia bingung harus mengatakan apa. Fairish bukan tipe wanita kalem dan siap menunggu. Fairish lebih ke tipe bar-bar dan tak sabaran.
"Yang, aku nongkrong sama teman-teman bentar ya," ujar seseorang yang membuat Fairish dan Freya menoleh.
"Ikut," rengek Freya sambil beranjak.
"Jangan. Kamu tahu kan teman-teman aku pada ngerokok," kata Fero memperingati. "Kamu lagi hamil dan gak boleh terkontaminasi asap rokok," lanjutnya.
"Halah," Fairish mulai mengompori sehingga Fero memberikan tatapan tajam padanya.
"Gak. Aku ikut."
Fairish terkekeh puas. Fero tidak boleh diberi ruang untuk kembali nakal. Meskipun ia sudah mulai berubah, tapi Fairish yakin kalau kembarannya itu masih mudah terpengaruhi kalau Freya tidak dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...