"Kemarin Mama, sekarang Papa. Kenapa kalian nggak jujur saja? Adek nggak bisa menerima mereka, baik Tante Anya atau pun Om Wira. Jangan paksa Adek, Pa. Adek mohon. Biarin Adek jadi anak egois untuk sekarang ini. Adek belum bisa ... berdamai sama waktu."
Kamandanu melihat dengan jelas bagaimana wajah Kala yang menunduk lesu.
Kala kecewa. Papa berbohong juga padanya. Katanya, papa dan ia akan jalan-jalan ke taman, hanya berdua. Tapi nyatanya, ada Tante Anya dan anak mereka di sana, menunggu di kursi taman dengan senyum lebar.
Senyum yang membuat Kala kecewa dan marah. Entah marah pada dirinya atau marah pada keadaan yang seperti mempermainkannya.
"Maafkan Tante, Kala. Kalau begitu, Tante dan Lili pergi saja, ya." Anya sudah bersiap melangkah, saat dengan tiba-tiba Kala berceletuk lagi.
"Jangan pergi, Kala saja yang pergi. Jangan membuat Papa benci Kala, Tante."
"Adek—"
"Kalau Adek kasih pilihan ini, pasti Papa akan tetap memilih Tante Anya dan putri kalian. Karena sejak awal, Papa nggak pernah sayang Adek."
Tangan Kala mengepal erat. Membuang pandangan ke samping kanan. Menghindari tatapan papa dan Tante Anya yang terbungkam akibat ucapannya.
"Nggak gitu Adek. Papa sayang Adek, sayang banget. Papa berniat mempertemukan kamu dan Tante Anya, supaya Adek terbiasa dengan Tante Anya dan juga Lili. Lili bakal jadi adik kamu. Adek seneng nggak jadi abang?" Kamandanu berusaha mendekat, namun Kala justru berjalan mundur.
"Adek nggak seneng, Pa." ucap Kala lirih. Kala tak pernah berbohong. Jika suka, akan ia katakan suka. Jika tidak, maka akan ia katakan tidak. Tak perlu berpura-pura lagi. "Adek nggak suka Lili!!" lanjutnya.
"Huaaa KAKAK INI JAHAT!!" Tiba-tiba bocah kecil itu berteriak. Tangan kecilnya mendorong Kala. "Kakak jahat!!"
"Kakak memang jahat. Makanya jangan mau sama kakak. Tapi perlu Lili tahu, dunia lebih jahat sama kita. Maafin kakak karena benci sama Lili. Semoga suatu hari Lili nggak pernah menyakiti Papa, seperti kakak ya. Jagain Papa buat kakak." Tangan Kala gemetar saat melepas cengkraman tangan Lili di ujung kemeja yang ia kenakan.
Nafas Kala memburu. Kamandanu panik, hendak meraihnya, namun Kala sudah buru-buru pergi beranjak meninggalkan mereka.
"Adek! Pulang sama Papa, ya. Jangan sendirian. Ayo pulang!" Langkah kaki Kamandanu berusaha menyeimbangi langkah cepat Kala. "Tunggu Dek! Papa minta maaf! Sumpah, Papa minta maaf."
Berhasil. Kamandanu meraih lengan yang terasa pas di dalam genggamannya. Lalu Kamandanu merasa nafasnya tercekat saat tiba-tiba tubuh itu limbung ke arahnya.
"Adek!"
"S-sesak Papa. Dada Adek sesak ...,"
"Iya sayang iya! Ayo ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| 36 HARI
Teen FictionKala hanya memiliki waktu 36 hari untuk memiliki mama dan papa seutuhnya, sebelum ia harus rela membagi kasih sayang mereka dengan orang lain. @aksara_salara #100722