Pak Joko mengulum senyum melihat pemandangan dimana Kamandanu dan Kaira berebut untuk memeluk Kala. Baru saja, Kala membuka kedua matanya dan mengatakan kepada mereka semua, bahwa dirinya sudah menang, dan sudah baik-baik saja. Baru pertama kali ini Pak Joko merasakan perasaan senang sekaligus haru.
"Anak Mama baru bangun, mau apa Nak?"
"Mau peluk Mama yang lama," jawab Kala lemah, sembari merentangkan kedua tangannya. Kaira membawa daksa itu ke dalam pelukan, dan menghirup aroma Kala dalam-dalam.
"Hih, anak Mama bau asem." ucap Kaira, bercanda. Padahal aroma tubuh ini adalah aroma yang paling dia rindukan. Kala terkekeh kecil, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Kaira. Kamandanu di belakang menekuk wajahnya kesal. Kala tertawa lirih, tahu maksud kecemburuan dari papanya.
"Sini Papa peluk Adek juga. Nggak apa-apa, Mama?" Saat mendapat anggukan dari Kaira, Kamandanu segera bergabung bersama keduanya. Sebisa mungkin Kamandanu menjaga jarak dengan Kaira. Walau mendapat ijin, Kamandanu harus menghargai perasaan Kaira yang mungkin tak akan nyaman. "Hangat sekali ...," Ini pelukan yang paling Kala rindukan. Ia dengan rakus menghirup aroma mama dan papanya untuk kemudian ia ingat. Aroma ini, mungkin suatu hari tak akan pernah lagi bisa ia hirup.
"Besok kita pulang ya Ma, Pa? Adek sudah sembuh."
"Tapi Dek ... Adek baru aja sadar. Tunggu beberapa hari lagi, ya?" balas Kaira. Sembari pelan-pelan melepaskan pelukannya. Kini Kaira duduk di sisi Kala, dengan Kamandanu di sisi lainnya.
"Enggak, Adek udah nggak apa-apa. Pulang, ya? Plis?"
Helaan napas panjang Kamandanu mengudara. "Oke. Tapi Adek harus janji satu hal sama Papa."
"Apa?" Kedua mata Kala berbinar cerah. Menatap Kamandanu dengan penuh harap.
"Kalau sakit, harus bilang jangan cuma diem. Jangan ditahan sendirian lagi. Sekarang Adek harus bagi sakitnya sama Mama dan Papa. Janji, Dek?"
"Iya, Papa."
"Iya apa?"
"Maaf, Adek nggak bisa janji. Tapi Adek tuh beneran udah sembuh."
Kamandanu dan Kaira kompak hanya diam. Bahkan Kamandanu sengaja mengalihkan pembicaraan mereka bertiga. Pak Joko diam-diam keluar dari ruangan. Mengusap peluhnya dengan lengan baju koko hadiah Kala satu tahun lalu.
Di luar, rupanya sosok Arsen menunggu di sana. Arsen sengaja tak masuk, karena enggan mengganggu waktu Kala dengan kedua orang tuanya. Arsen dan Pak Joko bertukar senyum kemudian.
"Wajah Kala sangat berseri, Mas Arsen." ucap Pak Joko begitu duduk di samping Arsen.
"Pak Joko mau?" Kotak biru yang Arsen bawa, disodorkan ke hadapan Pak Joko. Kotak bekal berukuran sedang itu berisi kue cucur kesukaan Kala. Pak Joko tersenyum, lalu mengambil satu. "Saya semalam mimpi buruk, Pak." adu Arsen menatap lurus pada lorong panjang yang nampak sepi siang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| 36 HARI
Ficção AdolescenteKala hanya memiliki waktu 36 hari untuk memiliki mama dan papa seutuhnya, sebelum ia harus rela membagi kasih sayang mereka dengan orang lain. @aksara_salara #100722