20| Harus Tetap Bahagia

3.1K 340 53
                                    

Baru saja Haikal membuka pintu cafe, satu-satunya pelanggan yang ada di sana tersenyum menyapa ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru saja Haikal membuka pintu cafe, satu-satunya pelanggan yang ada di sana tersenyum menyapa ke arahnya. Haikal berjalan mendekat dengan kikuk. Lalu laki-laki itu juga berdiri, mengulurkan tangan dengan penuh semangat.

"Dengan Haikal?"

"Iya, Om. Saya Haikal." Haikal menerima uluran tangan tersebut.

Dua hari lalu, Kala menyuruhnya datang ke sini. Di jam tiga sore, menggunakan pakaian rapih untuk bertemu seseorang, katanya saat itu. Awalnya Haikal tidak percaya, namun melihat kesungguhan di mata Kala, akhirnya hari ini dia benar-benar datang.

"Silahkan duduk, Haikal." Laki-laki itu terlihat ramah, membuat keraguan Haikal sedikit memudar. "Sebelumnya perkenalkan, saya Jay. Seorang produser sekaligus pembuat lagu. Kamu temannya Kala, 'kan?"

"Iya saya temannya Kala, Om. Kalau boleh tahu, apa niat Kala mempertemukan kita sebenarnya?"

Laki-laki bernama Jay itu menepuk pahanya dengan semangat. Lalu mengeluarkan ponsel dari saku celana. Sebuah rekaman suara terdengar, membuat Haikal sedikit malu. Itu suaranya, yang tengah menyanyi bersama Kala dan Raka malam itu. Malam sebelum Kala pulang dan sebelum badai ini datang.

"Saya tahu kamu ingin menjadi penyanyi. Haikal, saya tertarik dengan suara kamu, dan ijinkan saya membantu kamu. Bukan karena Kala, tapi ini murni karena ketertarikan saya pribadi. Apakah kamu bersedia?"

Tak pernah Haikal sangka bahwa hari ini akan datang. Impian bunda di masa lalu akan segera dia wujudkan. Dengan menahan isakan, Haikal mengangguk berulang kali sampai membuat Jay tersenyum lebar. Mereka kemudian menukar obrolan ringan.

Jay tidak menyebut nama Kala sama sekali. Haikal sendiri tidak berani bertanya, tapi Haikal tahu satu hal, bahwa sebenarnya Jay hanya tengah berusaha menutupi ketakutannya. Tak ada yang tak tahu tentang kondisi Kala, sekalipun itu Pak Joko.

Bahkan Pak Joko sudah datang ke rumah sakit sebanyak dua kali. Laki-laki itu akan membawa kitab suci, mengaji di samping Kala yang sesekali hanya bergerak kecil. Kala memang masih terjaga dalam kesadaran, namun sudah tiga hari ini, tubuh itu nampak lemah. Tidak ada yang bisa Kala lakukan selain berbaring di ranjangnya.

"Om belum menjenguk Kala, Haikal. Dia sendiri yang melarang. Katanya nanti saja, Om bisa datang ke rumahnya, dengan pakaian baru yang sudah dia siapkan. Kotak dengan bungkus biru itu belum Om buka sampai saat ini. Om nggak tahu, benda apa yang ada di dalamnya."

Tubuh Haikal sedikit gemetar mendengar ucapan Om Jay beberapa saat lalu. Kendati demikian, Haikal tak mampu mengatakan apa-apa. Suasana di antara mereka membeku tiba-tiba. Bahkan sampai senja datang, Haikal dan Jay masih di sana, duduk dalam kehampaan satu sama lainnya.

Untuk pertama kalinya, Jordan menginjakkan kaki ke rumah ini lagi. Seperti janji Arsen saat itu, Arsen lah yang membukakan pintu untuk Jordan. Kedua remaja berbeda usia itu berdiri di ambang pintu dengan saling menatap satu sama lain.

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang