4| Usik

3.4K 402 63
                                    

Kalau semesta tanya Kala ingin apa, maka Kala akan menjawab, bahwa ia tidak pernah ingin lahir ke dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau semesta tanya Kala ingin apa, maka Kala akan menjawab, bahwa ia tidak pernah ingin lahir ke dunia. Walau mama dan papa melakukan seribu satu cara untuk membuatnya hadir di antara manusia.

Jika pada akhirnya ia ditinggalkan. Sendirian, dalam sepi dan keheningan.

Mama dan papa tak pernah tahu bagaimana Kala berjuang selama tiga tahun ini. Melawan sepi. Berteman dengan dirinya sendiri.

Mungkin, Kala memang masih punya Bang Arsen. Tetapi ada beberapa hal yang masih Kala simpan rapat dari laki-laki itu.

Seperti saat bagaimana setiap malam Kala yang selalu meminum obat tidur untuk menjemput mimpi. Memotong rambutnya sampai habis, dan di tutupi topi. Menyayat pergelangan tangannya hingga nyeri. Bang Arsen tidak pernah tahu ini.

Bukan tidak percaya. Tetapi Kala sadar, luka nya terlalu besar, hingga sulit untuk diungkapkan.

Hal yang Kala lakukan bukan bentuk ketidak-syukuran pada Tuhan. Bukan. Kala hanya lelah. Hingga mencari ketenangan yang salah.

Silahkan caci Kala. Ia sudah lelah. Cacian pun kini rasanya sudah tak mampu membuatnya goyah. Karena pada kenyataannya, ia memang telah jatuh sepenuhnya.

Setiap sepulang sekolah, Kala akan duduk bersama Bang Arsen di warung Pak Joko. Letak warungnya tidak jauh dari gerbang samping sekolah. Membuat para siswa membolos dengan begitu mudah.

Satu gelas kopi sudah tandas isinya. Tangan Bang Arsen mengapit sebatang rokok. Kala hanya menatap rokok itu dengan tatapan datar. Pernah beberapa kali mencoba, tapi berakhir dirinya batuk karena tersedak asap.

"Jangan coba-coba, ya. Biar Abang saja yang mencari tenang lewat benda ini. Kamu jangan, nanti kecanduan, seperti Abang. Abang nggak bisa bantu kamu nantinya." kata Arsen tiba-tiba saat tahu bahwa anak di sampingnya sejak tadi menatap batang nikotin yang dia beli beberapa saat lalu.

"Terus aku harus cari tenang lawat apa, Bang?"

"Berdoa ke Tuhan."

"Sudah. Tapi aku butuh ketenangan yang lain." Kepala Kala menunduk dalam. Menyembunyikan wajah sendu nya dari Arsen dan dunia.

"Jalan-jalan. Lakuin semua hal yang buat kamu senang."

"Aku aja nggak tahu, hal apa yang buat aku senang. Karena selama ini, selalu ada Mama dan Papa di samping aku. Tiba-tiba mereka jauh, dan aku lupa sebenarnya apa kegiatan yang aku senangi."

Sebuah rangkulan hangat Kala rasakan. "Mau cari kesenangan itu sama Abang? Nanti Abang bantuin."

Akhirnya kepala itu mendongak. Iris kecokelatan Kala bertemu dengan hitam kelam Iris Arsen. "Boleh?"

"Boleh. Apa sih yang nggak buat kamu? Menyebrangi lautan pun akan Abang sambangi." Arsen membumbui ucapannya dengan lelucon. Entah lucu atau tidak. Tetapi setidaknya bibir Kala menyunggingkan senyuman.

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang