1| Tentang Pilihan

11.9K 624 100
                                    

Ketiga manusia penghuni semesta itu berjalan beriringan keluar dari gedung besar yang mulai saat ini akan sering di datangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiga manusia penghuni semesta itu berjalan beriringan keluar dari gedung besar yang mulai saat ini akan sering di datangi. Yang paling muda menggenggam erat kedua tangan orang yang lebih tua, takut bila sosok mereka bisa hilang kapan saja bila ia melepaskan genggaman tangan itu.

"Adek, tunggu, Mama mau bicara." Suara lembut Kaira membuat langkah ketiganya terpaksa berhenti. "Kita di kasih waktu selama tiga puluh enam hari, 'kan? Nah, Mama harap, di sisa waktu itu Adek gunakan untuk bener-bener bisa mengambil keputusan." Kaira berhenti sejenak. Menatap lekat mata sang anak. "Adek harus pilih, antara Mama ... atau Papa."

Kalandra tak akan pernah menyangka bahwa keluarga yang ia anggap paling sempurna ini, akan retak pada akhirnya. Keluarga yang membuat teman-teman nya iri nyatanya akan segera hancur, kala mama dan papa memili hidup mereka masing-masing.

Tak lekas menjawab, Kala menatap mama dan papa bergantian. Ada situasi paling menyakitkan hari ini, yaitu saat papa membuang pandangan. Selama lima belas tahun hidup nya, ini pertama kalinya papa enggan bertatapan dengannya.

"Adek. Papa tahu ini berat buat Adek. Tapi hidup memang tak akan selalu sejalan dengan apa yang kita inginkan. Sekalipun Adek memohon-mohon, kalau jalannya sudah seperti ini, maka akan selalu seperti ini." Akhirnya Kamandanu membuka suara. Walau tak menatap mata sang putra. Kalandra adalah kebanggaannya, putranya yang tersayang, bagaimana dia bisa mampu melihat sorot terluka dari kedua matanya?

"Iya, Adek tahu kok. Tapi di sini, Adek cuma minta Mama dan Papa akting sebentar saja, ya? Cuma tiga puluh enam hari kok. Adek cuma berharap Mama dan Papa bisa bersikap seperti tiga tahun lalu. Jangan berantem lagi, jangan saling sinis. Pokoknya kalian pura-pura aja di depan Adek. Hanya tiga puluh enam hari, setelah itu, kalian bebas memilih jalan hidup kalian masing-masing. Adek nggak akan ganggu."

"Adek!" Suara Kaira menyentak keras. "Mama nggak minta Adek buat pilihan seperti itu. Mama mau Adek memilih antara Mama atau Papa, bukan memilih untuk hidup sendiri."

Kala menunduk, menatap sepasang sepatu putih hadiah ulang tahun dari papa dua bulan lalu. "Kalau Adek suruh Mama pilih antara kakek atau nenek, Mama pilih siapa?"

Kaira telak bungkam. Pun begitu pula dengan Kamandanu.

"Mama nggak bisa pilih, 'kan? Begitu pula Adek. Di satu sisi, sampai Adek tua nanti, Adek paling butuh Mama. Di satu sisi yang lain, Adek juga butuh Papa. Adek butuh kalian." Setelahnya Kala semakin menunduk dalam.

Kamandanu melepas genggaman Kala, beralih merangkul bahu putranya itu erat. Tubuh Kala di putar ke samping, hingga kini berhadapan langsung dengannya.

Kedua mata mereka bertemu. Dibanding Kaira, Kala lebih mirip dengan papa. Dulu, saat orang-orang mengatakan bahwa Kala adalah Kamandanu kecil, Kala akan tersenyum sombong. Papa nya itu tampan dan pemberani, jadi Kala bangga bila bisa menjadi seperti papa.

"Kamu masih bisa ketemu Mama dan Papa, Dek. Papa dan Tante Anya akan tinggal di kota yang sama. Nggak jauh-jauh dari Adek. Jadi kapan pun Adek mau, Adek dateng aja ke rumah baru Papa."

"Rumah baru, ya?" lirih Kala. Sudut bibirnya tersenyum perih. Jadi, rumah papa bukan hanya untuknya. Tapi untuk anak-anak papa kelak.

Selama ini ia anak tunggal. Tiba-tiba hari ini, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan memiliki saudara. Siapkah ia?

"Tapi rumah itu nggak sepenuhnya bisa nerima Adek, Pa. Papa akan punya keluarga selain Adek. Nanti Adek nggak bisa bebas minta waktu Papa. Begitu juga Mama. Jadi tolong, sebelum Adek mengemis waktu ke kalian, kalian mau ya nurutin permintaan Adek? Sebentar kok, nggak lama. Pura-pura jadi Mama dan Papa yang dulu, ya?"

Permintaan sederhana dari seorang anak yang takut untuk bertemu hari itu. Hari dimana ia harus melepas kedua orang tuanya, untuk berjalan di jalan masing-masing. Mereka tak akan bertiga lagi.

Tubuh ringkih itu tersapu angin. Lelehan air mata Kala jatuh pada akhirnya. Kaira buru-buru mengusap air sebening kristal itu, sebelum membawa tubuh Kala ke dalam pelukan.

Semesta terlalu jahat padanya. Semesta telah menjatuhkannya sedemikian rupa sampai ia tak mampu untuk bangkit sendirian. Terlalu sulit, apalagi kini penopangnya sudah akan pergi.

Usapan pada punggungnya membuat tangis Kala kian terdengar keras. Kamandanu rasanya ingin menulikan telinga, jika bisa. Tangisan itu begitu menyayat hatinya.

Saat Kala lahir, Kamandanu selalu berjanji, untuk tidak akan pernah menyakiti putranya. Tidak akan membiarkan putranya terluka. Tapi hari ini, tangisan Kala dia lah yang menciptakannya.

"Maafkan Papa yang sudah kalah pada semesta. Papa kalah, Dek. Papa takluk pada cinta Papa. Papa sayang Adek, tapi Papa juga sayang Tante Anya dan anak kami. Maafkan Papa."

"A-Adek nggak marah. Dia juga anak Papa."

Dua hari lalu, Kala rasanya hancur tak tersisa, saat Papa mengatakan bahwa selama ini dia memiliki anak dengan Tante Anya. Anak itu baru berusia tiga tahun.

Rahasia yang selalu mama dan papa sembunyikan darinya. Mama sudah tahu tentang perselingkuhan papa, dan mama sakit hati karena nya. Tapi cara mama melampiaskan rasa sakitnya tak jauh beda dengan papa. Mama pun bermain dengan mantan kekasihnya.

Pada intinya, mama dan papa hanya sedang menyakiti diri mereka masing-masing. Atas rasa tak adil, rasa sakit di khianati, membuat mama tak bisa berfikir jernih.

Kini Kala tahu, bahwa waktunya hanya tersisa tiga puluh enam hari sebelum melepas mama dan papa pergi ke rumah baru mereka.

◒◒◒

Ini Kalandra Abimanyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini Kalandra Abimanyu. Si pemilik senyum paling candu. Kesayangan papa, tapi dulu. Ini Kala, anak mama Kaira yang paling tampan, kata orang-orang, saat itu. Tapi semua tak ada artinya lagi bagi Kala saat tahu bahwa semua itu hanyalah tinggal kenangan semu.

Hallo, ini aksara!!

Kalian apa kabar?? Akhirnya aku bisa datang lagi menyapa kalian setelah sekian lama. Kalian nggak lupa sama aksara, kan? Kangen aksara nggak? Aksara kangen banget sama kalian (。>ㅅ<。)

Untuk menebus rasa rindu ini, aksara menghadirkan Kala di antara kita. Ayo kenalan sama dia. Temani Kala dalam tiga puluh enam hari ke depan, ya.

Untuk Swastamita juga akan aksara lanjut kok, tapi pelan-pelan, ya.

Ya sudah sekian dulu. Kalau suka silahkan bertahan, jika tidak silahkan tinggalkan.

Sampai ketemu lagi.
Sayang kalian banyak-banyak!!!

Dunia khayalan,
10 Juli 2022

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang