9| Ketika Semesta Bercanda

3.2K 361 61
                                    

Sudah dua hari Kala tak pernah melihat wajah papa lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua hari Kala tak pernah melihat wajah papa lagi. Seolah papa memang tak pernah ada sejak awal.  Rumah besar ini benar-benar hening dan sepi. Mama memang di sini, tapi Kala tak bisa menyentuh raganya, mama ikut pergi.

Kala tahu, semua tidak bisa diperbaiki sekuat apa pun ia berusaha. Arsen benar, ketika kita tetap berada pada kubangan luka dan enggan menyebrang, maka masa depan akan tetap terlihat menyakitkan. Sebaliknya, apabila kita berusaha ikhlas dan menjalankan semuanya atas dasar percaya pada Tuhan, maka semua akan jauh lebih mudah.

Selama ini Kala hanya egois. Dan perlahan, ia akan berubah. Akan ia hilangkan perasaan egois ini. Mama dan papa berhak bahagia. Mereka berhak memilih jalan mereka masing-masing sekalipun harus meninggalkannya di sini, bersama sepi.

Tangan Kala menyibak selimut lalu berjalan ke kamar mandi. Hari ini ia sudah ada janji dengan Arsen, Raja, Jordan dan Haikal untuk datang bersama-sama ke panti asuhan.

Banyak sedikit Kala tahu, bahwa kehidupan Raka, Jordan dan Haikal tak sebaik dirinya. Mereka pun hanya lah anak yang terluka. Yang meletakkan pijakannya pada masing-masing dari mereka sendiri, untuk tetap kuat dan berjalan bersama.

Setelah selesai, Kala menunggu Arsen di depan rumah. Hanya sepuluh menit, Arsen datang dengan motor hitam besar miliknya. Keduanya melaju membelah jalanan yang panas siang itu.

"Gila sih, ini mah panas banget. Matahari nggak bisa geser sedikit aja apa?" Haikal mengibaskan tangannya di depan wajah. Sesekali menyeka bulir keringat yang menetes pada dahinya.

"Ngeluh aja kerjaan lo." Raka yang tengah sibuk dengan kain pel menyahuti.

"Yeuuu! Lo mah enak, kerja di dalam. Coba sini lo keluar, paling juga langsung pingsan."

"Iri? Cieee iri."

"Cepet tobat deh lo Ka."

"Harusnya gue yang ngomong gitu. Dasar embul!"

"Waaah! Kok boddy shaming?!!!"

"Berisik banget sumpah lo berdua!" Karena merasa perdebatan ini tak akan ada habisnya, Jordan menyela. "Kerja jangan pake mulut, berisik!"

Sedangkan Arsen dan Kala yang tengah mencuci gorden bersama anak-anak panti hanya terkekeh kecil. Sudah biasa. Apalagi Kala. Kini anak itu sudah biasa dengan sifat jahil Haikal, galaknya Raka dan sifat tenang Jordan.

"Kamu capek?" tanya Arsen, sedikit melirik Kala.

"Enggak. Ini seru banget, Abang. Kenapa nggak dari dulu ajak aku ke sini?"

"Dulu nggak kepikiran. Ini aja karena ide Haikal, jadi Abang ajak kamu."

"Hish! Abang ternyata sering lupain aku?"

"Drama deh." Kemudian Arsen mengusak rambut hitam Kala dengan berutal.

"Kal, ayo istirahat. Jangan capek-capek." Jordan datang, setelah selesai membenahi pintu yang rusak. Mengulurkan tangan kepada Kala, yang langsung disambut oleh anak itu.

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang