28| Maaf, Kita Harus Berakhir

4.3K 223 24
                                    

Selain karena selalu mendengar pertengkaran mama dan papa, hal yang paling membuat Kala hancur adalah saat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain karena selalu mendengar pertengkaran mama dan papa, hal yang paling membuat Kala hancur adalah saat itu. Saat dimana katanya dokter mengatakan ada sel jahat di otaknya. Padahal saat itu ia hanya seorang murid kelas dua SMP. Belum mengerti apa-apa.

Semua dimulai saat Kala pingsan setelah pelajaran olahraga. Guru Kala membawanya ke UKS, namun sampai tiga jam kemudian, Kala tak kunjung sadar. Akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Berhubung Kamandanu dan Kaira tak bisa dihubungi, jadi hanya wali kelas dan guru mata pelajaran olahraga Kala yang mengantar.

Itu pun setelah sadar, dan saat Kala sedang berbicara empat mata dengan seorang dokter muda, Kala meminta kedua gurunya untuk pulang saja. Dokter muda itu memberikannya sebuah surat, katanya untuk diberikan ke mama dan papa, tidak boleh di buka sebelum diberikan.

Karena tak curiga apa pun, Kala membawa surat itu pulang. Berharap saat sampai di rumah, ada mama dan papa yang menunggunya. Akan tetapi sayang, harapan tinggal harapan. Rumah itu tetap sepi tanpa seorang pun yang menghuni, kecuali dirinya sendiri.

Kala memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar. Tanpa mengganti seragam, Kala membungkus tubuhnya dengan selimut. Sekaligus mengistirahatkan kepalanya yang semakin sakit setelah sampai di rumah tadi.

Mungkin tidurnya terlalu lama, sampai Kala tak sadar jika lelapnya membawanya sampai ke malam dimana suara teriakan mama membangunkan nya. Kala bangkit, membuka pintu perlahan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Walau pun seharusnya ia sudah tahu.

Di anak tangga, mama dan papa tengah berdebat sengit. Entah apa lagi yang kali ini mereka ributkan. Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Untung saja mereka tidak memiliki tetangga, jadi tak perlu risau jika suara teriakan mama akan menggangu.

"Mama, Papa ...,"

Kamandanu dan Kaira dengan kompak menoleh ke arah Kala. Putra mereka satu-satunya berdiri di sana, dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh.

Kaira nampak menghela napas, kemudian mendekat. "Kok belum tidur, Dek?"

"Aku kebangun. Mama sama Papa kenapa sih? Kenapa selalu buat Adek kebangun?"

"Maafin Mama, ya. Sekarang tidur lagi yuk?"

Baru saja Kaira hendak menarik tangan Kala, sebelum suara Kala membuatnya berhenti.

"Adek sakit Ma. Kata Om Dokter, Mama dan Papa harus ke rumah sakit besok."

Kamandanu menjawab. "Maaf ya Dek, Papa nggak bisa. Kamu pergi sama Mama dulu nggak pa-pa?"

"Kenapa harus saya? Kamu ayahnya. Jangan sok sibuk. Karena saya tahu, ini cuma alasan kamu supaya bisa ketemu perempuan itu, 'kan?" Kaira menyela.

"Kaira, tolong jangan mulai. Saya besok ada perjalanan ke Bogor. Walau tidak jauh, tapi acara itu penting."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang