10| Sampaikan Rindunya Pada Langit

3.2K 332 35
                                    

"Kalau rindu pada seseorang yang berada di seberang laut sana, masih bisa sampaikan lewat pesan atau pun surat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau rindu pada seseorang yang berada di seberang laut sana, masih bisa sampaikan lewat pesan atau pun surat. Tapi kalau rindu pada seseorang yang sudah tiada, bagaimana cara menyampaikannya?"

Itu suara Haikal yang terdengar liirh malam ini. Setelah kegiatan membereskan rumah panti siang tadi, kelima remaja itu memutuskan untuk tinggal di sini selama semalam. Kebetulan sekali, Haikal berada satu kamar dengan Kala.

"Lewat doa. Sampaikan lewat doa, biar nanti Tuhan yang menyampaikan salam rindu itu langsung kepada seseorang yang sudah tiada itu." kata Kala yang menatap langit-langit kamar rumah panti. Langit-langit yang berlubang. Bisa Kala pastikan, bila hujan, maka seluruh seprai di kasur ini akan basah.

"Tapi rindunya tetap nggak bisa hilang. Dulu, nyokap selalu peluk gue sebelum tidur. Dan sekarang gue rindu banget sama pelukan itu." Haikal berhenti sejenak. "Lo tahu nggak apa cita-cita gue?"

"Apa?" Kala yang sudah mengantuk berat, nyatanya masih berusaha terjaga demi menanggapi cerita Haikal.

"Jadi langit, biar bisa meluk Mama. Kehilangan ibu, artinya kehilangan segalanya. Gue seolah lagi jalan di tengah hutan tanpa kompas. Dimana, gue akan selalu tersesat. Mama adalah petunjuk hidup gue. Saat beliau nggak ada, gue nggak tahu harus pilih kanan atau kiri." Ada getar yang Haikal tahan dalam suaranya.

"Barang apa pun yang gue cari, saat gue nggak bisa menemukan itu, Mama adalah satu-satunya penolong. Entah ada sihir apa, tapi yang pasti, barang itu pasti langsung ketemu. Sekarang, kalau gue lupa naruh barang, nggak ada lagi yang bisa bantu gue."

Haikal tak berbohong. Pernah dulu, saat dia lupa menaruh buku Kimia nya dimana, dan panik mencari dari malam hingga dini hari, mama adalah penyelamat yang menemukan bukunya. Buku itu berada di tumpukan majalah.

Padahal sebelum mama, dia sudah mencarinya ke sana. Dan tidak ada. Alhasil mama mengomelinya panjang lebar tiada habis. Mengatakan bahwa dirinya ceroboh dan lalai.

"Hmm, kamu bener. Kehilangan sosok ibu, adalah berarti kehilangan segalanya. Mau sedewasa apa pun usia kita, Mama adalah orang nomor satu yang akan kita cari. Makanya, aku hancur saat nanti harus melepas Mama pergi." Kala sudah merasa hancur, bahkan sebelum mama memutuskan untuk keluar dari rumah mereka.

"Kal, mau doa sama-sama, nggak? Bantu gue bisikin ke semesta tentang rasa rindu ini. Sekalipun nanti harus ketemu lewat mimpi, itu udah lebih dari cukup. Lo mau?"

"Mau. Ayo kita rayu semesta untuk malam ini aja."

"Lo ... sebenci itu sama semesta?"

"Enggak. Tapi sedikit marah aja. Ayo, Kal, kita berdoa."

Kemudian tangan Kala dan Haikal menengadah ke atas. Mulai melantunkan bait-bait doa yang akan mereka sampaikan kepada semesta. Biarkan nanti angin malam yang membawa doa mereka sampai kepada seseorang yang dituju.

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang