11| Masih Sakit yang Sama

3.2K 343 48
                                    

Kamandanu membawa tubuh Kala dengan hati-hati yang kini tengah terlelap di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamandanu membawa tubuh Kala dengan hati-hati yang kini tengah terlelap di punggungnya. Setelah sehari semalam menginap di panti asuhan, Kamandanu memutuskan menjemput Kala pagi ini. Ternyata Arsen bilang, Kala tengah demam, mungkin karena kelelahan dan karena perubahan cuaca yang cukup ekstrim juga.

Menaiki tangga dengan perlahan, saat sampai di depan pintu kamar Kala, Kamandanu membukanya pelan-pelan. Kamar itu masih rapih, seperti sehari sebelumnya. Dengan balutan seprai biru laut, kini tubuh Kala sudah terbaring di atasnya.

Tangan Kamandanu sibuk membenahi surai lebat Kala yang berantakan. "Pasti Adek capek, ya, karena berusaha sembuh sendirian? Papa nggak cukup berani untuk menuntun Adek. Maafin Papa yang pengecut ini, ya, Dek?" ucap Kamandanu lirih.

Wajah terlelap Kala nampak damai. Kamandanu merunduk, meninggalkan satu kecupan hangat di dahi sang putra. Dengan mati-matian menahan air matanya.

"Papa sudah buatkan Adek rumah. Nanti kalau Adek mau pulang, pulang ke sana, ya? Rumah itu hangat, nggak terlalu besar, dan juga dekat dengan rumah baru Papa. Walau Papa sayang Lili, Papa juga ... sayang Adek. Tapi maaf, rasa sayang Papa jauh lebih besar untuk Lili. Maaf ...," Laki-laki itu terisak.

Ini bukan salah Kala yang lahir disaat dirinya tak menaruh cinta pada Kaira. Ini salahnya yang tak bisa menjaga perasaan Kaira serta Kala. Ini salahnya.

Cintanya tetap tunduk pada Kenya. Yang mana, wanita itu pernah meninggalkannya, sebelum dia dijodohkan dengan Kaira. Padahal Kenya sudah banyak menyakitinya, tetapi mengapa hatinya tetap memilih Kenya?

Inilah yang membuat Kamandanu merasa tak berguna. Sebagai ayah dan sebagai kepala rumah tangga, dia telah menghancurkan dua hati sekaligus. Benar kata orang, laki-laki adalah pilarnya rumah tangga. Saat bagaimana pilar itu mulai goyah dan tak bisa dibenahi, maka bangunan yang lain pun akan ikut hancur.

Terbukti. Kamandanu sudah menghacurkan dua bangunan kecil yang rapuh.

Di bawah, Kaira baru saja selesai membuat cake cokelat kesukaan Kala. Mendengar suara langkah kaki yang mendekat, tanpa menoleh, Kaira tahu siapa yang kini menarik kursi dan duduk di depannya.

Tetap acuh, seolah tak pernah ada manusia lain selain dirinya, Kaira tetap sibuk memindahkan cake ke dalam wadah. Padahal diam-diam Kaira tahu, bahwa kini seseorang itu berusaha menyita perhatian darinya.

"Kaira, bisa kita bicara?" Butuh keberanian yang besar untuk memulai pembicaraan ini. Kamandanu tahu, tak pantas lagi suaranya terdengar di rungu Kaira, setelah apa yang dia lakukan atas kesetiaan yang Kaira berikan selama menjadi istrinya.

Tak lantas menjawab. Tangan Kaira meremat sisi wadah yang berisi setengah cake. Lalu Kaira berusaha menarik nafas panjang, kemudian menjawab. "Silahkan."

"Terimakasih. Tapi saya tidak ingin bicara di sini. Bisa kita bicara di halaman samping? Tapi jika kamu keberatan, tidak apa-apa di sini saja."

"Tidak keberatan. Silahkan duluan, saya akan menyusul tak lama kemudian." Kaira buru-buru membuang muka saat Kamandanu mengarahkan tatapan ke arahnya.

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang