"Saya Anya, ibu kandung kamu, Raka."
"Jangan main-main tentang sebuah fakta, Tante." balas Raka, dengan tatapan dingin. Anya tersentak melihat tatapan tak asing itu. Seperti milik laki-laki yang telah membuatnya terpaksa hidup seperti ini.
"Kamu nggak percaya? Saya akan membuat kamu percaya." Kemudian Anya merogoh sesuatu dari dalam tas nya. Mengeluarkan selembar foto yang sama persis dengan milik Raka. Raka mematung. Pikirannya benar-benar terbang jauh. "Ini foto saya. Foto ini ada dua lembar, satu milik saya, dan satunya lagi ada pada kamu."
Raka masih bungkam, lebih tepatnya tak tahu harus berbicara apa. Tidak ada perasaan bahagia di hatinya, yang ada hanya lah rasa kecewa. Bagaimana bisa, ibunya datang lalu mengatakannya dengan nada santai seperti itu?
Terlihat tidak ada penyesalan sama sekali di wajah itu. Anya kemudian kembali berkata, "Maafkan Ibu, Raka. Saat itu Ibu benar-benar bingung harus bagaimana. Keluarga besar Ibu tidak bisa menerima kamu, sedangkan ayah kandung kamu memilih kabur ke luar negeri. Ibu bingung, akhirnya Ibu tetap mempertahankan kamu, tapi Ibu harus menitipkan kamu ke panti asuhan."
"Menitipkan, atau membuang?" ucap Raka. Anya bungkam, kehabisan kata-kata. "Kalau Anda memang menitipkan saya, Anda pasti akan kembali. Tapi ... tapi kenyataannya, sampai saya sebesar ini, Anda tidak pernah datang mencari saya."
"Raka ... nggak seperti itu. Tahun-tahun lalu mungkin Ibu memang nggak berani menemui kamu, karena Ibu takut kamu kecewa dan marah sama Ibu. Tapi sekarang, Ibu beneran ingin memperbaiki semuanya. Kamu percaya, 'kan?"
"Saya nggak percaya."
"Raka ...."
"Nggak ada satu pun orang yang bisa saya percaya kecuali teman-teman saya. Saat Anda tega membuang saya, disitulah rasa sayang saya kepada Anda juga ikut terbuang. Tapi Anda tenang saja, saya akan tetap melakukan bakti kepada Anda."
Kedua mata Raka memanas. Semua ucapannya bohong. Walau Raka muak dengan semua alasan ibunya, rasa rindu dan sayang itu masih lah ada. Raka ingat sekali, doa yang selalu dia minta kepada Tuhan, adalah agar Tuhan segera mempertemukan dia dengan ibu.
Bagaimana mungkin Raka tidak senang? Dia bahkan hampir berlari ke dalam pelukan ibunya. Namun pikiran itu segera dia tepis saat menyaksikan Kamandanu datang dengan seorang gadis kecil di dalam gendongan.
Dia bahkan tidak sadar, kapan gadis kecil itu ada di antara mereka?
"Lili nyariin kamu." ucap Kamandanu, sembari menyerahkan Lili kepada Anya. Lalu Anya dengan secepat mungkin melupakan kehadiran Raka di sana.
Tanpa bertanya, Raka tahu siapa anak kecil itu, dan apa hubungan ayah kandung Kala dengan ibunya. Tangan Raka mengepal. Kali ini kemarahan itu datang tanpa bisa dia cegah.
Di tengah rasa sakit Kala, papanya bahkan masih bisa peduli pada orang lain? Ah, masih bisa disebut orang lain, saat anak itu lahir atas hubungan terlarang ibu dan papanya Kala?
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| 36 HARI
Teen FictionKala hanya memiliki waktu 36 hari untuk memiliki mama dan papa seutuhnya, sebelum ia harus rela membagi kasih sayang mereka dengan orang lain. @aksara_salara #100722