12| Kenangan Sandal Biru

2.8K 363 33
                                    

Jam menunjuk pukul sepuluh malam, saat api unggun baru saja dinyalakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjuk pukul sepuluh malam, saat api unggun baru saja dinyalakan. Semua siswa LDK serentak berseru kagum. Di sisi utara api unggung, ada Arsen dan beberapa anggota inti UKS yang lain. Acara ini dimaksudkan untuk meresmikan anggota baru yang baru saja bergabung. Bersama dengan Kala, Arsen dan anggota lainnya tengah menyaksikan beberapa penampilan dari anggota baru mereka.

"Gue heran, dan kaget sekaligus. Kemarin pas baca biodata mereka, ternyata semua seumuran sama lo, Kal. Malah ada yang lebih tua. Setelah di fikir-fikir juga, umur lo lebih muda daripada yang lain. Bener?" Fajar yang berdiri di samping Arsen berceletuk. Sontak semua anggota inti yang ada di sana menoleh juga pada Kala.

"Iya. Aku sekolahnya lebih dulu dari yang lain. Harusnya tahun ini baru jadi siswa baru."

"Oo pantes aja."

"Kala itu paling bocil. Biasa lah, anak gue!" Arin, perempuan berambut panjang itu merangkul bahu Kala setelah memberikan syal miliknya untuk Kala.

"Idih! Mana mau Kala jadi anak lo!" Tangan Fajar gatal, ingin sekali menarik rambut panjang Arin. Semua anggota inti juga tahu, bahwa Fajar dan Arin tak pernah akur satu sama lain.

"Mau! Kalau nggak percaya tanya aja sama Kala. Iya, 'kan, Kala?"

Kala mengangguk saja. "Iya."

"Tuh 'kan!"

"Udah, jangan ribut. Nggak malu apa yang sama lain." Suara Arsen terdengar menengahi. Tatapannya beralih pada Kala yang semakin meringkuk di dalam rangkulan Arin. "Kenapa? Dingin?"

"He'em. Aku nggak suka dingin."

"Padahal udah pake jaket dua, sama syal punya kakak. Masih dingin?" Tangan Arin bergerak untuk merangkul tubuh Kala lebih erat. Ukuran tubuh mereka tak terlalu jauh, sama-sama kecil. Lingkaran tangan Arin kebetulan juga pas sekali di tubuh Kala.

"Masih. Dingin banget ih, aku nggak suka."

"Masuk aja, yuk? Ini bukan acara inti kok. Ayo, masuk sama Abang."

"Sebentar Abang. Ini kepala aku pusing banget, semuanya berasa muter-muter ih." Kedua mata Kala memejam.

Arin, Arsen dan Fajar mendekat. Arsen mengambil alih tubuh Kala, dan baru merasakan bagaimana tubuh itu sangat dingin. "Jar, tolong bantuin gue naikin Kala ke punggung."

"Oke!" Saat dirasa Kala sudah aman dalam gendongan Arsen, Arsen segera melangkah menuju UKS diikuti Arin. Sedangkan beberapa anggota lain hanya menatap mereka dengan khawatir. Sebenarnya ini bukan yang pertama kali, Kala memang selalu seperti itu.

Pintu ruangan UKS terbuka. Tubuh Kala sudah terbaring di ranjang, lalu Arin melepas sandal biru yang Kala kenakan. Menaruhnya di sisi ranjang, Arin sebenarnya bingung, mengapa Kala senang sekali memakai sandal itu? Sandal itu sudah cukup usang padahal.

"Rin, balik aja ke sana nggak pa-pa. Biar gue yang jaga Kala." ucap Arsen yang kini sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.

"Beneran nggak pa-pa?"

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang