Acara pernikahan Pak Samsul dan Bu Ida dihadiri oleh banyak murid. Termasuk kelas Arsen yang merupakan kelas paling dekat dengan Pak Samsul. Dulu, Pak Samsul pernah menjadi wali kelas Arsen. Arsen datang dengan Jordan. Haikal hari ini harus menemui Om Jay, sedangkan Raka tak bisa, harus menjaga Lili yang tengah demam di saat Anya dan Kamandanu masih berada di Semarang.
Konsep pernikahan yang sederhana dengan nuansa putih, adalah hal paling nyaman bagi Arsen. Apalagi para tamu hadirin yang tertib dan tidak mengganggu suasana bahagia ini. Arsen tersenyum saat melihat Pak Samsul yang malu-malu saat akan menyuapi Bu Ida sepotong kue. Tak pernah menyangka, jika kedua guru favorit nya tersebut akan bersatu sebagai suami-istri.
"Bang, ayo maju."
Tepukan di bahunya membuat Arsen tersadar jika barisan tamu di depannya sudah lama habis. Kini giliran dia dan Jordan saja. Arsen mengangguk, lalu berjalan lebih dulu.
"Halo, Sen! Bapak pikir kamu nggak akan datang." sapa Pak Samsul yang melakukan tos ala-ala dengan Arsen. Jika dengan orang terdekat, Pak Samsul akan berubah menjadi pribadi yang mengasyikkan.
"Saya nggak mungkin nggak datang, Pak. Oiya, Pak, ngomong-ngomong, selamat ya atas pernikahan Bapak dan Bu Ida. Saya bantu doa yang terbaik buat kalian. Semoga cepet-cepet dikasih momongan."
Bu Ida dan Pak Samsul kompak tertawa. "Haha, tapi malam nanti kita sepakat mau langsung tidur aja, Sen." jawab Pak Samsul bercanda, dan langsung mendapat pukulan keras dari Bu Ida. Arsen menggeleng heran dengan tingkah keduanya.
"Jangan ngomong gitu, saya malu." Kedua mata Bu Ida melotot kesal.
"Udah nikah masih saya saya aja. Ganti dong, panggil sayang kek, panggil suamiku kek, atau panggilan romantis lainnya."
"Kamu mau saya pukul?!"
"Udah, udah, Pak, Bu. Masa lagi acara malah berantem. Nanti malam aja berantem nya di lanjut." sahut Arsen cepat. Takut jika mereka akan menjadi tontonan.
"Bisa aja kamu, Sen." Lagi, Pak Samsul tertawa. Lalu tatapannya jatuh pada seseorang yang berdiri di samping Arsen. "Ini adik kamu?"
Arsen mengangguk, melirik Jordan di sebelahnya. "Iya, Pak. Ini Jordan, adik saya."
"Ah ... jadi ini Jordan. Dulu Arsen selalu cerita ke saya, kalau dia punya adik laki-laki. Malah saya pikir, adiknya itu Kala." Ingat ucapan terakhir nya, wajah sumringah Pak Samsul mendadak mendung.
Jordan tahu dan peka, buru-buru menjawab. "Salam kenal, Pak. Di masa depan, kayaknya Bapak bakal jadi guru saya juga. Mohon bimbingannya, ya, Pak."
"Adik saya akan mengulang tahun depan sebagai siswa baru bersama kedua temannya. Adik saya nggak sekolah sejak tragedi itu, Pak. Mohon bimbing adik saya sebaik mungkin." Arsen ikut menjelaskan. Merangkul bahu Jordan erat.
"Kamu tenang aja, Sen. Bapak akan bantu Jordan."
"Terimakasih, Pak." ucap Jordan.
Lalu obrolan dilanjut dengan beberapa hal yang dibicarakan. Tak lama kemudian, Arsen melirik jam yang melingkar di lengan kirinya. "Pak, Bu, kayaknya saya nggak bisa lama. Harus jemput Papa di bandara. Saya ijin pamit, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| 36 HARI
Teen FictionKala hanya memiliki waktu 36 hari untuk memiliki mama dan papa seutuhnya, sebelum ia harus rela membagi kasih sayang mereka dengan orang lain. @aksara_salara #100722