16| Dekat yang Jauh

2.5K 293 31
                                    

"Bunda, Haikal pulung dulu, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunda, Haikal pulung dulu, ya. Kapan-kapan Haikal datang lagi, nanti kalau sudah siap. Butuh keberanian untuk datang ke sini, Bunda." Haikal tersenyum getir sebelum pergi meninggalkan area pemakaman. Sejak bunda meninggal hari itu, di tahun itu, Haikal belum pernah sekali pun berkunjung. Bukan tak mau, lebih tepatnya Haikal tidak memiliki keberanian yang besar untuk itu.

Seolah hatinya akan hancur tak tersisa saat harus melihat nama bunda ada di papan nisan. Langkah Haikal terus berpacu melewati jalanan yang sudah cukup sepi sore ini. Sesekali Haikal memejamkan mata, menikmati sapuan angin yang membelai wajahnya.

"Tolong! Lho, Haikal?!"

"Jordan?"

Keduanya sama-sama terkejut. Apalagi Haikal yang melihat wajah babak belur Jordan juga penampilan laki-laki itu yang berantakan. Belum sempat Haikal melayangkan pertanyaan, saat Jordan tiba-tiba menarik tangannya untuk segera pergi dari sana.

Kini keduanya bersembunyi di sebuah rumah tua. Entah rumah siapa dan letaknya di daerah mana. Dalam heningnya suasana, hanya deru napas Jordan yang Haikal dengar. Bagaimana saat Jordan bersandar pada dinding rumah tua itu, dengan mata terpejam.

"Jo, coba cerita sama gue. Kenapa lo bisa dikejar-kejar sama anak geng motor gitu? Gue tahu, ya, kalau mereka anak geng motor. Jangan coba-coba bohong sama gue."

"Gue ... gue punya hutang sama mereka, Kal." ucap Jordan, jujur.

Haikal nampak menghela napas. "Berapa?"

"Dua belas juta. Kalah taruhan waktu itu. Tapi sumpah, gue terpaksa, Kal."

"Buat apa? Bokap lo yang maksa?"

Kali ini Jordan bungkam. Tak menjawab pertanyaan Haikal. Tapi Haikal bisa menyimpulkan dari diamnya Jordan, bahwa pertanyaannya benar. Jordan melakukan ini pasti karena orang tua angkatnya yang kebetulan sekali sedang terlilit hutang.

Mungkin memang Jordan sedang bernasib sial, makanya laki-laki itu sampai kalah balapan. Haikal tahu, betapa berbakatnya Jordan di jalanan. Antara memang kesialan, atau ada orang yang sengaja membuat Jordan mengalami kekalahan.

"Ini, ambil. Jual kalung ini buat bayar hutang lo. Mungkin nggak seberapa, tapi nanti gue coba bicara ke Ayah."

"Nggak, Kal! Lo gila?! Ini kalung peninggalan bunda lo! Gue memang butuh bantuan, tapi nggak harus mengorbankan benda yang jadi kenangan berharga buat lo. Jangan jadiin gue orang jahat, Kal."

Kalung yang berada di genggaman Haikal terjuntai ke bawah. "Sorry, Jo. Nggak ada maksud gitu. Tapi gue khawatir mereka nemuin lo, dan nyawa lo akan dalam bahaya. Gue tahu gimana perangai mereka. Gue cuma takut buat kehilangan lagi, Jo."

"Kal," Kedua tangan Jordan memegang bahu Haikal. Tatapannya lurus ke arah bola mata kembar Haikal yang nampak gelisah. "Gue nggak akan kenapa-kenapa. Jangan mikir sejauh itu, oke? Gue akan kerja keras lagi, dan gue janji, nggak akan pernah terluka. Gue janji, Kal."

|✔| 36 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang