Hai, selamat datang di bulan yang baru. Bahagia selalu ya di bulan yang baru ini 💐
Sebelum membaca cerita ini kasih aku vote dulu untuk part ini 💌 anyway semoga suka sama part ini <3
3. Starla si Penjual Bunga.
BENUA melemparkan tatapan tajamnya kepada Milan karena cowok itu dengan sengaja menonjok bahu kirinya yang di balas kekehan oleh Milan. Saat ini mereka berdua sedang berada di parkiran SMANSA. Hanya ada Benua dan Milan sedangkan Calvin sudah pulang sejak dua puluh menit yang lalu. Katanya cewek barunya rewel.
"Kali ini lo apain Starla?" tanya Milan.
Benua malas menjawab. Tangannya membuka kaitan helmnya dan memasangkannya di kepalanya sembari memundurkan motor besarnya.
"Wa gue serius woi! Lo apain Starla?"
Benua berdecak. "Enggak gue apa-apain."
Milan menghentikan pergerakan Benua yang ingin menghidupkan motor besarnya. Kali ini Benua sepenuhnya menatap Milan. Benua merasa terganggu, apalagi hari sudah mulai gelap dan hanya beberapa orang saja berada di sekolahnya. Benua itu hidupnya selalu tertata, dari pagi hingga malam pun sudah ia rencanakan ingin melakukan apa saja. Kali ini Milan hanya ingin membuang waktunya saja.
"Enggak nolak pake cara kasar lagi, 'kan? Lemes banget gue liatin Starla pulang tadi."
Benua menatap datar Milan. Kalau bukan Milan ini adalah teman dekatnya sudah sedari tadi ia lontarkan kata-kata kasar kepadanya karena menahan berlama-lama disini.
"Kalau pake cara lembut enggak bisa bikin dia berhenti, pake cara kasar juga harus, 'kan?"
Milan menghela napas kasarnya. "Man, dia itu satu kelas sama gue. Bahkan semenjak lo di Semarang dan dia pindah ke SMANSA dia udah jadi temen gue. Apalagi dia perempuan, bisa 'kan lo menghargai dia yang ngejar-ngejar lo? Lo bukan typical kasar sama perempuan gue tahu lo banget, Wa."
"Gue risih. Berapa kali gue harus ngomong kalau gue risih? Semenjak dia pindah ke SMANSA hidup gue enggak pernah tenang. Dia selalu deketin gue, bahkan dengan cara murahan-"
Ucapan Benua terhenti karena Milan mencengkram kerah baju Benua dengan kuat. Matanya memandang tajam ke arahnya yang terlihat tenang. "Lo keterlaluan." katanya tajam.
Benua memandang Milan dengan tenang sebelum tangannya menghempaskan tangan milik Milan dengan kasar. Tanpa berbicara lagi Benua segera memasang helm-nya dan menghidupkan motornya.
Sebelum motornya bergerak dirinya sempat mendengar Milan berkata, "Wa, coba lo mikir gimana kalau sahabat lo ada di posisi Starla?"
****
Starla mendorong sepeda bewarna pink-nya dengan langkah pelan. Anak rambut yang sedikit basah karena berkeringat ia sampirkan di belakang telinganya. Pandangannya lurus menghadap ke depan, tepatnya jalanan yang mulai ramai karena hari sudah mulai gelap. Banyak kendaraan yang berlalu lalang dan menyisakan angin yang menerpanya.
"Gue risih. Berapa kali gue harus ngomong kalau gue risih?"
"Aduh, gue patah hati banget!" Tangan Starla tanpa sadar meremas stang sepedanya kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUASTARLA
Teen Fiction[ BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] "Tentang aku dan kamu, yang tak akan pernah menjadi kita." Benua. ©copyright by NisaRahmahdanii