Hi selamat datang dan selamat membaca part ini semoga suka ya! 💌⚘
Sebelum membaca ayo vote terlebih dulu dan tinggalkan komentar kalian untuk part ini🧁
Baca part sebelumnya dulu yuk kalau kalian lupa sama alurnya ⚘
Untuk dapetin notif aku update follow wattpad aku dulu ya! <3
Pelan-pelan ya bacanya! Jangan ada yang kelewat entah itu narasi atau pun dialognya oke?
⋆୨♡୧⋆
18. Berita Benua dan Freya.
Kembali berputar sedikit kejadian kemarin malam. Emosi, tangisan, amarah menjadi satu. Itu yang Starla rasakan, saat melihat canvas kesayangannya rusak dan pelakunya adalah Papanya sendiri. Starla tidak bisa menaikkan nada bicaranya, berkata 'Tidak, itu semua punya Starla, jangan di rusak.' Starla tidak bisa. Starla masih menghargai bahwa itu adalah Papanya sendiri. Papa kandungnya. Se–jahat apapun Papanya Starla tetap sopan, itu yang Neneknya ajarkan sewaktu kecil.
Lantas, apa kalian pikir bahwa pagi ini adalah Starla masih mendekam di kamar sambil menangisi canvas–canvasnya? Tidak. Starla sudah lelah menangis semalam. Lagi pula sampai air mata Starla tidak turun lagi, canvas kesayangannya tidak akan kembali lagi bukan?
Boleh bersedih, tapi jangan lama-lama. Dan, sekarang Starla baru saja turun dari sepeda–nya dan menuntun untuk memasuki sekolahnya. Belum banyak orang yang berdatangan. Sengaja, Starla berangkat pagi untuk menghindari dua orang yang membuat pikirannya penuh. Pertama Papa, kedua Heksa.
Orang pertama jelas saja Starla hindari karena kejadian semalam dan Heksa—sengaja ia hindari juga karena sepupunya itu pasti akan mendatanginya untuk membicarakan tentang psikolog? Atau meminta maaf? Huftt.
"Sini aku bantuin parkirin. Btw, enggak ada yang beda ya dari dulu, kamu selalu pake sepeda kesayangan kamu ini ke manapun kamu pergi. Dan, aku selalu suka ke–sederhanaan kamu ini." Starla hampir saja tertimpa sepedanya karena terkejut mendengar suara laki–laki dari arah belakang tubuhnya. Belum lagi tangan laki–laki itu dengan kurang ajarnya sengaja memegang tangannya yang ada di stang sepedanya.
Devano lagi.
Sejauh ini Starla belum bercerita bukan tentang siapa Devano sebenarnya? Laki–laki yang membuat napasnya terasa sesak ketika melihat cowok itu. Belum lagi Starla sering kali terbangun di malam hari ketika bermimpi tentang Devano dan dirinya, dulu.
Tidak ada yang spesial dari Devano. Selain, menjadi teman Nathan di markasnya, Devano juga pernah menjadi seseorang yang dulu ia anggap selalu ada untuknya. Pertemuannya singkat, dulu abangnya–Nathan selalu mengajak teman–temannya untuk bermain ke rumahnya dan salah satunya adalah Devano. Dulu, ia selalu membukakan pintu untuk abangnya ketika pulang dan saat itu dirinya tak jarang sering bertemu dengan Devano.
Sekali lagi La aku lihat kamu ngomong sama cowok selain aku, aku pukul kamu.
Dulu, Devano yang Starla kenal adalah cowok baik yang selalu menampilkan senyum lebarnya, senyum yang selalu menular kepadanya. Tak jarang Devano mengantarkan dirinya pulang karena pada saat itu dirinya dan Devano satu sekolah sebelum pindah ke SMANSA. Lagi pula Nathan mengenal baik Devano. Semakin hari Starla merasakan perubahan di dalam Devano ketika cowok itu semakin dekat dengannya. Devano terlalu over dan melarang dirinya berdekatan dengan lelaki manapun kecuali abangnya. Padahal dirinya dan Devano saat itu tidak memiliki hubungan apa-apa. Hanya sebatas dekat sebelum Starla memutuskan untuk pergi sejauh–jauhnya dari Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUASTARLA
Teen Fiction[ BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] "Tentang aku dan kamu, yang tak akan pernah menjadi kita." Benua. ©copyright by NisaRahmahdanii