Hi selamat datang dan selamat membaca part ini semoga suka ya! 💌
Sebelum membaca ayo vote terlebih dulu dan tinggalkan komentar kalian untuk part ini🧁
Baca part sebelumnya dulu yuk kalau kalian lupa sama alurnya
Untuk dapetin notif aku update follow wattpad aku dulu ya! <3
Pelan-pelan ya bacanya! Jangan ada yang kelewat entah itu narasi atau pun dialognya karena part ini cukup penting, oke?
⋆୨♡୧⋆
21. Luka, Kejadian, dan Takdir
"Pulang, Sa."
"Gimana gue bisa pulang dan ninggalin lo sendirian setelah lo mencoba sembunyiin obat tidur kayak tadi? Gue bahkan enggak tahu kalau misalkan lo kalut berapa banyak yang lo minum? Lo mau overdosis?"
"Sa, gue paham sama tubuh gue sendiri."
"Enggak lo enggak paham! Lo kayak gini karena Om dan Tante mau cerai kan? Dan, Tante milih bawa Nathan dari rumah ini?"
"Sa ... gue cuman pengen tidur nyenyak setiap harinya."
"Cara lo salah! Demi Tuhan gue enggak bisa ngebayangin kalau aja tadi gue enggak berniat nemuin lo."
"Besok kita ke rumah sakit."
Tak! Tak! Tak!
Starla semakin merapatkan kedua kakinya lalu kedua tangannya semakin merapat ke kedua sisi tubuhnya. Posisi Starla sekarang ini adalah duduk di lantai di samping tempat tidurnya dengan kaki tertekuk lalu tangannya memeluk tubuhnya sendiri, kepalanya tertunduk di antara kedua kakinya yang merapat. Starla sudah melakukan posisi ini sejak delapan menit yang lalu terhitung saat Starla yang mengusir Heksa untuk pergi dari rumahnya.
Starla selalu seperti ini ketika hujan di malam hari. Starta tidak takut hujan, Starla menyukai hujan, bahkan sangat menyukainya karena hujan bisa menyamarkan tangisannya. Tetapi, Starla benci petir atau kilat yang sesekali ada di tengah hujan. Menurutnya, itu menakutkan, belum lagi suaranya yang mengangetkan dirinya.
Suara dentingan hujan yang semakin deras beradu dengan pagar kaca balkon semakin terdengar olehnya. Tamgannya terangkat menutup kedua telinganya dengan tangannya yang bergetar berharap suara petie dapat meredamkannya. Sekitar delapan menit berlalu kepalanya kini terangkat lalu wajahnya menoleh ke arah ponselnya yang berbunyi menampilkan nama 'Heksa Sepupu' lalu kemudian mati karena tak kunjung di angkat olehnya.
Starla mencoba berdiri lalu berjalan mendekati pintu balkon, menutupnya. Lalu berbalik sesekali memegangi pelipisnya yang terasa pusing.
Huft ... dirinya tidak bisa tidur karena tidak ada obat tidur.
Starla merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, sebelum itu melihat ponselnya dan menghela napasnya untuk tidak menangis. Karena, dirinya sudah menguatkan pundaknya serta hatinya untuk tidak terus-menerus menangis merindukan Nathan.
"Biasanya enggak pernah absen ngehubungin gue Nath. Apa lo sekarang lagi seneng- seneng sama Mama dan mulai lupain gue?" monolog Starla di dalam selimut tebalnya yang pemikirannya berfungsi menghalau rasa takut karena suara petir yang memekakkan telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUASTARLA
Teen Fiction[ BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] "Tentang aku dan kamu, yang tak akan pernah menjadi kita." Benua. ©copyright by NisaRahmahdanii